Home / Pekanbaru | ||||||
Angka Stunting Naik, Ini Upaya Pemko Pekanbaru Jumat, 26/05/2023 | 08:54 ![]() ![]() ![]() ![]() | ||||||
![]() | ||||||
Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru, Indra Pomi Nasution (foto/int) PEKANBARU - Dalam upaya percepatan penurunan stunting, Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Indra Pomi Nasution memaparkan sejumlah inovasi. Pemaparan disampaikan langsung di hadapan tim Provinsi Riau dalam pertemuan yang digelar di Hotel Aryaduta, Kamis (25/5/2023). "Hari ini pemrov Riau melakukan penilaian terhadap delapan aksi konvergensi stunting. Jadi ada perencanaannya, musyawarahnya, intervensi yang dilakukan kemudian inovasi yang dilakukan atau review terhadap data stunting yang ada," ujar Indra, Kamis (25/5/2023). Dikatakannya, untuk mengentaskan stunting di Pekanbaru, ada beberapa inovasi yang sudah dilakukan, di antaranya Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat). "Untuk program ini dana dikumpulkan dari masyarakat, kemudian kelompok pendamping membuat sarapan pagi untuk anak-anak. Kemudian ada juga Bosilo, yang anak-anak susah makan, dibuatkan bola singkong dan ikan lele (Bosilo) sehingga anak-anak tersebut mau makan. Dan itu sehat," sebutnya. Selain program Dashat, pihaknya juga ada Cerenting atau Celengan Remaja Stunting. Ia menyebut, ini adalah inovasi remaja di semua wilayah Kota Pekanbaru. "Jadi jika ada masyarakat yang masukkan uang ke cerenting ini akan dikelola remaja dan kemudian dibagikan ke keluarga yang masuk kategori stunting. Bukan hanya dengan pakai tabungan manual, pakai QRIS juga bisa dan kita awasi dengan baik. Dijamin sampai ke anak-anak," sebutnya. Tak hanya itu, dalam upaya mempercepat penurunan stunting di Pekanbaru, pihaknya juga sudah me-launching program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS). Pemko Pekanbaru sudah menetapkan 115 Bapak Asuh Anak Stunting dari baik seluruh kepala organisasi perangkat daerah (OPD), para camat hingga Forkopimda. Bantuan telah diserahkan Bapak Asuh Anak Stunting tahap pertama kepada 115 anak berisiko stunting senilai Rp500.000. Bantuan itu berupa telur, beras, susu, dan makanan bergizi lainnya. Intervensi stunting ini dilakukan selama enam bulan. "Jadi, setiap anak mendapat bantuan Rp3 juta selama enam bulan itu. Pada September atau Oktober, kami harap angka stunting menurun, di bawah rata-rata nasional yaitu di bawah 16 persen," harapnya. Meski begitu, pemko tetap melakukan pendampingan terhadap keluarga-keluarga berisiko stunting, baik remaja putri yang akan menikah maupun keluarga berkemampuan ekonomi rendah. Agar, bayi yang lahir tidak stunting. "Makanya, kami melakukan penanganan stunting dengan baik dan terukur," pungkasnya. Sebelumnya, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan bahwa penilaian kinerja yang dilaksanakan hari ini menjadi sangat penting sebagai hasil kinerja dari pembinaan dan pengawasan pemerintah dan komitmen kepada daerah dalam pencegahan stunting. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Riau adalah 17 persen, lebih baik dibanding tahun 2021 sebesar 22,3 persen. Namun tiga kabupaten/kota di Riau angka stunting naik. Pekanbaru kenaikannya cukup signifikan, dari 11,8 persen naik menjadi 16 persen. Kemudian Indragiri Hilir (Inhil) naik 0,1 persen (28,4 persen 2021 dan 28,5 persen 2022) dan Siak naik 3,0 persen (19,0 persen 2021 dan 22,0 persen 2022). Penulis: Rahmat Hidayat |
||||||
![]() ![]() |

HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2025. All Rights Reserved |