Home / RAPP | ||||||
Terancam Punah di Indonesia: Tenggiling dan Perannya Bagi Alam Jumat, 09/08/2024 | 20:54 | ||||||
Kawasan RER di Semenanjung Kampar mengidentifikasi keberadaan Tenggiling Sunda, satu dari 78 spesies mamalia yang ditemukan di sana (foto/ist) PEKANBARU - Tenggiling adalah hewan berpenampilan lucu dengan perisai berlapis -terbuat dari keratin- sebagai alat perlindungan diri. Berat sisik seekor tenggiling bisa mencapai 20 persen dari berat tubuhnya. Hewan imut ini adalah satu-satunya mamalia bersisik di muka bumi. Hewan yang bisa menggulung seperti bola ini juga dikenal sebagai "pangolin". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), namanya adalah tenggiling, namun sehari-hari di Indonesia lazim disebut trenggiling. Tenggiling berjalan dengan postur dua kaki depannya diangkat atau bisa juga dengan empat kakinya menjejak tanah. Hewan ini tergolong dalam famili Manidae dan terdiri dari delapan spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. Penampilannya sering disebut mirip armadillo, karena rata-rata memiliki ukuran yang hampir sama. Namun, armadillo memiliki ukuran yang lebih beragam, dari kecil hingga besar. Kedua hewan ini tidak akan pernah ditemukan di habitat yang sama. Sebab, Armadillo hidup di Amerika Tengah atau Selatan. Tenggiling biasanya ditemukan di hutan hujan tropis, sabana, dan daerah berbukit yang lebat dengan vegetasi. Di Asia, tenggiling dapat ditemukan di beberapa negara seperti India, China, dan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Malaysia. Mereka sering hidup di hutan primer dan sekunder, serta di daerah perkebunan yang menyediakan cukup banyak sumber makanan. Saat ini, habitat tenggiling sedang berada di ambang kehancuran akibat berbagai faktor, baik alami maupun buatan manusia. Beberapa ancaman utama terhadap habitat tenggiling meliputi deforestasi, perburuan dan perdagangan ilegal, hingga perubahan iklim. Tenggiling termasuk hewan yang paling banyak diperdagangkan secara ilegal di dunia. Sisik tenggiling sangat dihargai dalam pengobatan tradisional di beberapa negara Asia, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim manfaat kesehatannya. Selain itu, daging tenggiling dianggap sebagai makanan mewah di beberapa budaya, yang semakin memperparah perburuan liar. Beberapa langkah telah diambil untuk melindungi tenggiling dan habitatnya. Beberapa negara telah memberlakukan undang-undang yang melarang perburuan dan perdagangan tenggiling. Selain itu, ada upaya konservasi melalui pembentukan taman nasional dan cagar alam untuk melindungi habitat mereka. Tenggiling memainkan peran penting dalam ekosistem, terutama dalam menjaga keseimbangan populasi serangga seperti semut dan rayap. Misalnya Tenggiling Sunda (Manis Javanica), yang mampu memakan 200,000 semut pada setiap kali waktu makan, yang membantu mengontrol populasi semut dan anai-anai di habitat asalnya. Ini penting karena semut dan anai-anai dapat menjadi makhluk perusak jika populasinya tidak terkendali. Tindakan menggali tenggiling saat mencari makan, membantu menggemburkan dan mengangin-anginkan tanah, mendistribusikan oksigen dan nutrisi penting yang bermanfaat bagi keanekaragaman hayati di sekitarnya. Baik pemerintah dan organisasi non-pemerintah juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi tenggiling. Kampanye edukasi dan program rehabilitasi bagi tenggiling yang diselamatkan dari perdagangan ilegal membantu melestarikan populasi hewan ini. Restorasi Ekosistem Riau (RER), proyek restorasi ekosistem terbesar di Sumatera, memainkan peran penting dalam melestarikan Tenggiling Sunda, yang juga dikenal sebagai Tenggiling Peusing di Indonesia. Kawasan RER di Semenanjung Kampar telah mengidentifikasi keberadaan Tenggiling Sunda, salah satu dari 78 spesies mamalia yang ditemukan di sana. Diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah (CR) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), trenggiling ini merupakan salah satu dari dua mamalia yang sangat terancam punah di kawasan RER. Dimulai oleh produsen serat, pulp, dan kertas asal Riau, APRIL Group, pada tahun 2013, RER berkomitmen untuk melindungi, memulihkan, dan melestarikan ekosistem lahan gambut, menjaga stok karbon, dan melestarikan keanekaragaman hayati dalam konsesi seluas 150.693 hektar di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau, yang luasnya dua kali lipat dari Singapura. Melalui pemantauan berkelanjutan menggunakan kamera jebak, patroli darat, dan survei sistematis, program RER memantau tingkat keanekaragaman hayati dan jumlah satwa liar di area tersebut. "Melindungi hutan dan satwa liarnya yang agung, termasuk Tenggiling, merupakan salah satu aspek utama upaya pemulihan ekosistem RER," kata Nyoman Iswarayoga, Head External Affairs and RER Communications. (rilis) |
||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |