Home / Huashan | |||||||||
Ratusan Umat Buddha Maitreya Antarkan Pandita Rusli ke Peristirahatan Terakhir Minggu, 07/04/2024 | 22:58 | |||||||||
Salah satu tokoh Buddha Maitreya Riau, Pandita (Pdt) Rusli meninggal dunia (foto/ist) PEKANBARU - Ratusan umat Buddha Riau memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu tokoh Buddha Maitreya Riau, Pandita (Pdt) Rusli, S.Pd (57 tahun), Minggu (7/4/2024). Jenazah almarhum disemayamkan di Maha Vihara dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya, Pekanbaru. Ritual perkabungan dipimpin oleh Ketua Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi) Riau, Maha Pandita Wiweka Dharma. Dihadiri Pembimas Buddha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau Tarjoko, para Pandita dan perwakilan umat dari berbagai daerah di Provinsi Riau, terutama umat dari 7 vihara yang dibina Kemudian dari Mapanbumi Wilayah IV (Medan) dan dari Dumai, Duri, Bengkalis, Selatpanjang, Batam, dan Tembilahan serta daerah lainnya. Pdt Rusli, S.Pd meninggal pada hari Jumat (5/4/2024) pukul 18.00 WIB dan dikremasikan pada hari Minggu (7/4/2024) di Pemakaman Tionghoa Umban Sari, Rumbai, Pekanbaru. Semasa hidupnya, Rusli alias Zhang Gong Ho alias Zhang Sheng Chi sangat peduli dengan umat, terutama di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3 T), yaitu Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Meski bertugas di daerah yang tidak begitu makmur, namun Pdt Rusli terus berjuang mengejar impiannya untuk mendirikan vihara dan membina umat Buddha. "Semasa hidupnya, almarhum punya semangat untuk mendirikan vihara-vihara yang ada di berbagai desa di pulau Rupat. Bermula dari Vihara Baruna Maitreya yang dirintis oleh Pandita Salim Budiman di desa Titi Akar dan sekitarnya di Kecamatan Rupat Utara. Kita sangat kehilangan sosok seperti beliau," kata Maha Pandita Wiweka Dharma. Saat ini, lanjutnya, terdapat 7 vihara yang almarhum pimpin atau sebagai penanggung jawabnya. Dalam keadaan sakit, almarhum selalu menyempatkan waktu untuk memberikan khotbah Dharma kepada umat, terutama di Pulau Rupat. "Kegigihan dan tanggung jawab almarhum untuk membina dan memajukan umat tentunya menjadi contoh bagi yang lain. Meski didiagnosa mengidap penyakit kanker paru stadium 4, namun almarhum terus menyumbangkan pikiran dan perhatian kepada umat Buddha," jelasnya. Maha Pandita Wiweka Dharma menambahkan, semasa Pdt Rusli berjuang melawan penyakit kanker paru selama sekitar 2 tahun, Mapanbumi Riau terus memberikan bantuan pengobatan. "Di hari-hari terakhirnya, kita antarkan beliau ke ICU rumah sakit. namun kenyataan bicara lain. Akhirnya beliau meninggalkan kita semua," ungkapnya. Atas dedikasinya, Pdt Rusli mendapatkan piagam atau tanda penghargaan Sasanadhaja Dharma Adhyapaka Trisati Warsa atas pengabdiannya pada Buddha Dharma selama 30 tahun atau lebih dan dharma bhaktinya pada Negara dan Bangsa Indonesia dari Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI pada tahun 2019. Di dalam lingkungan keluarga, Pdt Rusli merupakan sosok yang bersahaja, kuat dan penuh kasih sayang. Menurut anak-anak almarhum, Pdt Rusli merupakan orang tua yang sigap dan hidup sederhana. Ketika anaknya sedang sakit di sekolah pasti akan langsung jemput, meski jarak tempuhnya sangat jauh. Ketika hujan lebatpun beliau rela menjemput anaknya dengan membawa motor dengan satu tangan memegang payung. Salah satu yang diajarkan ke anak-anaknya adalah makan tidak boleh bersisa, karena makanan merupakan berkah dari Tuhan. Kemudian selalu mengingatkan anak-anaknya untuk rajin ke Vihara berkebaktian. "Ketika Papa sedang sakit, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun dan tidak mau menyusahkan orang lain," ujar anaknya yang bernama Metta Theora. Semasa hidupnya, Pdt Rusli ingin mewujudkan dan meresmikan vihara-vihara purna pugar di Pulau Rupat. Sampai menghembuskan nafas terakhir, harapan tersebut belum sepenuhnya terwujud. Selamat jalan, Pandita Rusli.
Jabatan : |
|||||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |