• HOME
  • OTONOMI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • OTOMOTIF
  • HUKRIM
  • OLAHRAGA
  • HALLO INDONESIA
  • HALLO SAWIT
  • INDEKS BERITA
  • REDAKSI
  • FULL SITE
  •  



  Home / Otonomi

Hikayat Togar: Harmoni Gajah dan Manusia yang Tak Sekedar Mimpi
Kamis, 31/08/2023 | 08:03

Ada 16 ekor gajah dewasa dengan mahout masing-masing berada di PKG Minas (foto/rinai-halloriau)
Ada 16 ekor gajah dewasa dengan mahout masing-masing berada di PKG Minas (foto/rinai-halloriau)

PEKANBARU - Panas bedengkang, begitu istilah orang Melayu ketika cuaca sedang terik-teriknya seperti hari itu. Mata-mata menyipit karena silau, kening-kening mengilap oleh keringat.

Syahron menyeka keringatnya, kering cuaca juga membuat kering tenggorokannya. Ia berjalan menuju sebuah pondok kayu, bermaksud mengambil minum untuk melepas dahaga ketika ia teringat anak yang mesti dijaganya masih berada di belakang.

"Togar! Togar! Hei, sini kau, Nak!"

Seruan Syahron membuat telinga lebar Togar berdiri tegak, lalu bergoyang ke kiri dan kanan seiring langkah kakinya yang menandak-nandak menggemaskan menyusul Syahron yang menantinya. Tangan laki-laki berusia empat puluh tahun itu terulur ke depan, menyambut Togar. Tapi yang dinanti malah berbelok mendadak, lalu melenggang pergi dengan gaya angkuh.

"Bandel kali anak ini," decak Syahron, alisnya mengerut tapi bibirnya menyunggingkan senyum.

Syahron mengalah, dia menyusul Togar yang sudah beralih sibuk memainkan ranting pohon dan biji-bijian yang jatuh ke tanah. Ditepuk-tepuknya kepala Togar dengan lembut.

Meski beberapa kali terdengar Syahron memanggil Togar dengan sebutan 'nak', ia bukanlah bapak Togar. Bahkan Togar bukan anak manusia, melainkan anak gajah Sumatera jantan berusia 3,5 tahun dan Syahron adalah pawang atau mahoutnya.

"Sekarang sudah berani usil dia. Tapi syukurlah, kalau ingat dulu kakinya hampir putus, aduh, kasihan."

Seolah tahu pengalamannya sedang dibahas, Togar mengangkat kaki kirinya, menunjukkan torehan bekas luka di sana kepada Syahron.

Tampak dengan jelas hubungan keduanya yang terjalin erat. Tak ada raut ketakutan atau stres di binar mata kuning tembaga Togar. Meski sesekali usil, tapi Togar tetap mendengarkan mahoutnya. Bergerak saja Syahron meninggalkannya sebentar, Togar segera menyusul meski kembali memasang gaya cuek ketika Syahron menaruh perhatian.

"Dulu petugas kami yang menemukan Togar," seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari pondok buka suara. Pin di seragam hijau lumutnya bertuliskan; Azwardi. Ia adalah Kepala Seksi Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Wilayah IV.

Azwardi mengatakan pada tahun 2019 lalu, Togar yang masih liar ditemukan dalam keadaan terluka oleh petugas BBKSDA Riau di hutan tanaman industri (HTI) PT Arara Abadi, Desa Lubuk Umbut, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Kakinya terkena jerat babi buatan manusia. Benda itu menancap tajam menembus daging hingga melukai sendi-sendinya cukup parah.

"Togar lalu dipindahkan ke sini," ujarnya.

Sini yang dimaksud Azwardi adalah Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Hasyim, masih di Kabupaten Siak. PKG Minas adalah lokasi konservasi gajah binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). PT PHR, bermitra dengan BBKSDA Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) berupa pengelolaan mitigasi interaksi negatif antara gajah dan manusia.