Home / Kampar | |||||||||
Ada 1.300 Kasus, Sekda Kampar Minta Komitmen Penanganan Stunting, Bukan Hanya Seremonial Jumat, 23/09/2022 | 09:39 | |||||||||
Sekretaris Daerah Kabupaten Kampar, Yusri (foto/antara) BANGKINANG- Hasil audit bayi yang terkena stunting di 21 kecamatan dan 250 desa/kelurahan di Kabupaten Kampar mengejutkan. Tercatat sebanyak 1.300 anak alami kondisi stunting. Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Yusri saat membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting bersama dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kampar. “Perlu komitmen dan keseriusan seluruh elemen dan instansi maupun pihak swasta dan pengusaha dalam penanganan ini, jangan hanya bersifat kegiatan seremonial," sebut Sekda Yusri di Aula Kantor Bupati Kampar, Kamis (22/9/2022). "Tapi dalam bentuk nyata yang ditujukan kepada penurunan stunting yakni remaja yang akan menikah, ibu hamil, ibu menyusui dan balita di bawah dua tahun,” sambungnya. Sesuai Perpres nomor 27 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, adanya pendekatan pencegahan lahirnya Balita melalui pendampingan keluarga beresiko stunting. Dikutip dari antarariau.com, Sekda Yusri mengatakan problem saat ini bertambahnya lokus maupun jumlah yang sangat signifikan. Kampar telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kampar, melakukan audit kasus stunting, pembentukan tim pakar dan melakukan pra desiminasi stunting. Dari sampel audit yang dilakukan di Desa Tj Berulak dan Desa Naumbai Kecamatan Kampar terhadap 14 ibu hamil terdapat 7 anak dengan kasus stunting Ini telah dilaporkan ke BKKBN Provinsi Riau dan Pusat. Selaku ketua TPPS Kabupaten Kampar dari pengukuran secara keseluruhan di Kabupaten Kampar terdapat 1.300 di 21 Kecamatan dan 250 desa Di Kampar. Oleh sebab itu seluruh elemen dapat mengambil peran baik di tingkat kecamatan dan desa, penurunan stunting menjadi prioritas kita semua dan TPPS. Dari semua lokus tidak semua terdapat kasus stunting, bahwa dengan adanya Covid-19 terjadi perubahan yang signifikan sehingga terdapat angka 1.300 kasus. Sebelumnya hanya terdapat 10 Lokus stunting pada tahun 2019. “Selama 2 tahun ke depan kita harus mengawal terhadap asupan gizi, kolaborasi antara pusat, provinsi dan kabupaten dalam percepatan ini sangat penting, regulasi dan aturan menjadi acuan bersama, hal ini juga dapat kita sinergikan dengan CSR perusahaan, dukungan pihak swasta sangat di perlukan dalam menciptakan generasi masa depan ini," ujarnya. “Jadilah pelopor dalam penurunan stunting, jadikan ibadah, keikhlasan dalam melaksanakan tugas mulia, penentu masa depan dan generasi bangsa," terangnya. Kegiatan dengan tema Kampar Sehat Tanpa Stunting (Kampar Santiong), Keluarga Keren Cegah Stunting diharapkan bisa memberikan informasi serta kondisi ril kasus stunting di Kampar. Sehingga mudah bagi Pemkab dalam pengambilan kebijakan. (*) |
|||||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |