Home / Internasional | ||||||
Inggris Disebut Tidak Mau Ukraina dan Rusia Cepat Damai Jumat, 01/04/2022 | 09:12 | ||||||
Bendera Inggris. INTERNASIONAL - Inggris dikabarkan tidak ingin Ukraina menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Rusia terlalu cepat. Pasalnya, London menganggap langkah itu bakal memperburuk posisi militer terakhir Ukraina sehingga dapat melemahkan sikap negosiasi Kiev. Dilansir dari iNews, surat kabar The Times melaporkan, Inggris khawatir jika Amerika Serikat, Jerman, dan Prancis terlalu “bersemangat” untuk mengamankan kesepakatan damai Rusia-Ukraina sesegera mungkin. London yakin bahwa kesepakatan harus dicapai ketika Kiev memiliki posisi yang lebih kuat. “Kami pikir Ukraina perlu berada dalam posisi terkuat secara militer sebelum pembicaraan itu dapat dilakukan,” kata seorang sumber Pemerintah Inggris kepada The Times. Dia berpendapat, jika kesepakatan gencatan senjata kedua negara terlalu cepat diteken, hal itu akan menguntungkan Rusia. Sementara, jika perjanjian itu ditandatangani di saat posisi Ukraina lebih kuat, itu bakal semakin menekan Moskow dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Negosiasi antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut. Sebelumnya, pemimpin negosiator Rusia, Vladimir Medinsky mengatakan, pandangan Moskow tentang Krimea dan Donbas tetap tidak berubah. Artinya, Rusia tetap melihat dua wilayah itu bukan bagian dari Ukraina. “Pekerjaan berlanjut, negosiasi berlanjut. Saya ingin menekankan secara terpisah bahwa posisi prinsip pihak kami mengenai Krimea dan Donbas tetap tidak berubah,” kata Medinsky kepada lembaga penyiaran Rossiya 24, Rabu (30/3/2022). Rusia dan Ukraina terkahir kali menggelar perundingan di Istanbul, Turki, Selasa (29/3/2022). Ini adalah pembicaraan damai yang kesekian kalinya digelar kedua negara, sejak pasukan Moskow mulai menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenksy menyatakan pembicaraan damai dengan Rusia menghasilkan sinyal positif. Kendati demikian, Ukraina tak akan mengendurkan sistem pertahanannya. Dia mengatakan, pembicaraan damai kedua negara tidak mengurangi serangan Rusia terhadap Ukraina.
|
||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |