PEKANBARU - Aksi damai digelar sejumlah Ormas dan mahasiswa di depan kantor Gubernur Riau, terkait penolakan radikalisme dan gerakan yang dapat memecah belah persatuan bangsa, kemarin. Namun dalam aksi ini, nama Habib Rizieq Shihab (HRS) juga disebut-sebut.

Dalam aksi itu, Ormas dan sejumlah mahasiswa juga menyampaikan deklarasi pernyataan sikap. Salah satunya, yakni menolak kedatangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) HRS dan kawan-kawan ke Bumi Lancang Kuning.

Penolakan itu direspon FPI Pekanbaru dan menolak HRS dikait-kaitkan dengan radikalisme.

"Kami tidak setuju dengan adanya sikap masa menolak Habib Rizieq Shihab ke Pekanbaru, Riau," tegas Ketua FPI Pekanbaru, M. Husni Thamrin, kepada halloriau.com, Selasa (24/11/2020).

Menurut dia, isi dalam surat pernyataan menolak HRS datang ke Pekanbaru, Riau sangat bertentangan dengan nilai norma-norma Pancasila. Meski demikian, sebagai warga Indonesia yang ingin berkunjung ke suatu tempat, masih Indonesia, dinilai sangat wajar.

"Siapa pun orangnya, masih warga negara Indonesia, punya hak untuk datang di manapun mereka berada. Karena masih dalam kesatuan naungan NKRI. Jadi Hal ini (menolak HRS) kita tidak sepakat untuk menolak beliau datang," kata dia.

Sementara itu, untuk kedatangan HRS, kata Husni dirinya bersedia menyambut kedatangannya di Riau. Karena dia yakin seluruh umat muslim, khusus di Pekanbaru, Riau dengan senang hati akan menerima HRS datang.

"Kemudian, pernyataan sikap lainnya mencegah timbulnya klaster terbaru Covid-19 yang mengancam jiwa bangsa Indonesia, itu bagus sekali. Mari sama-sama berjuang untuk Indonesia sehat dan jauh dari segala hal yang dapat menimbulkan penularan virus Covid-19," sambung Thamrin.

Dalam pernyataan tersebut, Thamrin mengatakan juga aksi massa menyebutkan menolak dengan tegas segala bentuk paham dan gerakan radikalisme. Menurut dia, seluruh bangsa Indonesia sepakat menolak radikalisme.

Radikalisme itu yang bagaimana, menurut Thamrin adalah orang atau kelompok-kelompok yang memangkas Pancasila. Dari 5 menjadi Ekasila dan Trisila. Juga radikalisme itu orang yang memisahkan diri dari Kesatuan Republik Indonesia.

"Karena kita tahu bangsa Indonesia ini adalah masyarakat yang penuh ramah tamah, mempunyai agama, Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, pendeta ulama dan lainnya. Gerakan itu tidak ada dari sifat teman kita. Kami tidak terima dan menolak keras teman kami yang sebagai ulama keturunan Rasulullah itu sebagai radikalis," tutur Thamrin.

Untuk mejaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini, Thamrin mengajak seluruhnya masyarakat khususnya di Pekanbaru, Riau agar jangan mudah dipecah belah orang-orang yang tak bertanggungjawab atau provokator.

"Marilah kita bersatu padu jangan kita bercerai-berai jaga ukhuwah jangan mudah dihasut. Sesungguhnya yang akan memecah belah bangsa kita itu adalah orang-orang asing (luar,red). Tujuannya, agar bangsa Indonesia, bagaimana antar saudara kita saling baku hantam sehingga terjadi perpecahan," imbuh Thamrin.

Penulis : Helmi
Editor : Yusni Fatimah