Home / Otonomi | ||||||
Kearifan Lokal Benteng Pertahanan Paling Utama Masyarakat Tangkal Radikalisme Kamis, 01/10/2020 | 11:22 | ||||||
Ngopi Coi bersama BNPT dan FKPT Riau, Kamis (1/10/2020). PEKANBARU - Terorisme merupakan musuh bersama yang diperlukan peran aktif masyarakat serta upaya masyarakat agar tidak rentan terhadap bujuk rayu yang dapat mempengaruhinya. Dan diperlukan kearifan lokal sebagai benteng masyarakat untuk menangkal paham radikalisme. Hal tersebut disampaikan Asisten 1 Setdaprov Riau, Jendri Salmon Ginting pada kegiatan Ngobrol Pintar Cara Indonesia atau "Ngopi Coi" yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Riau, Kamis (1/10/2020). Lebih kanjut ia menyampaikan informasi digital yang sangat cepat, dengan kemajuan informasi dimanfaatkan pula oleh sebagian pihak untuk melakukan propoganda, menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian. Sehingga media sosial bisa menjadikan masyarakat terpapar radikalisme. "Hasil survey, potensi redikalisme berada di posisi yang kuat, di antaranya dilakukan oleh Jemaah Islamiyah (JI), MIJ, hingga terbaru JAS. Kegaiatan mereka terstruktur dan bergerak merekrut anak muda untuk menjadi anggota, dengan menyalahartikan dalil agama," sebutnya. "Berita bohong dan ujaran kebencian merupakan produk kelompok-kelompok tersebut, yang disebarluaskan tidak sengaja oleh masyarakat dan pers untuk mencari simpati," lanjutnya. Untuk itu, sambungnya, perlu keterlibatan masyarakat untuk memberantas terorisme, salah satunya melibatkan kelurahan dan desa sebagai ujung tombak pemerintah di daerah. Aparatur lurah dan desa diminta cermat melihat masalah yang dapat menimbulkan distabilitas. Dan perlu melihat bila ada gelaja yang menimbulkan terganggunya rasa aman di suatu daerah. Direktur BNPT yang diwakili Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan Andri Taufik H, SSos, MAg mengatakan bahwa BNPT berperan menangkal radikalisme. Fenomena terorisme saat ini, baik itu media online dan ofline punya ruang tersendiri, sehingga ketika orang mengakses, orang bisa melakukan hal tersebut. Tahapan-tahapan intoleran sampai radikal terorisme tidak lahir begitu saja, karena ada tahapannya. "Kearifan lokal yang ada di nusantara jadi bekal proses daya tangkal masyarakat. Dengan mengembalikan kembali budaya gotong royong, kebersamaan. Akar tradisi nusantara harus dicipatkan dan dibangun lagi. Sehingga Pancasila, Bbhinakea Tunggal Ika dan UUD 45 jadi satu kesatuan negara Republik Indonesia," sebutnya. Kabid Media Massa, Humas dan Hukum FKPT, Eka Putra ST, menjelaskan bahwa FKPT merupakan mitra strategis BNPT dalam menjalankan tugas dan fungsi BNPT dalam mensosialisasikan ke masyarakat khususnya masyarakat Riau. "Tugas di media massa, yang juga melibatkan media sosial tujuannya mendudukkan dulu konsep-konsep radikalisme dan terorisme, karena seolah-olah radikalisme mengarah pada satu kelompok tertentu,. Padahal ini ini paham yang dimiliki sesorg atau kelompok untuk merubah secara drastis suatau paham dengan cara kekerasan," sebutnya. Lanjutnya, FKPT sebagai perpanjangan tangan BNPT, dan juga wadah aspirasi masyarakat, yang bertugas mensosialisaikan kepada masyarakat. Yang bertujuan untuk melihat bagaimana peran media massa dan media sosial agar paham radikalisme tidak mudah masuk ke masyarakat. "Karena bila tidak dijaga akan lebih mudah masuk paham yang berpotensi mempengaruhi masyarakat," pungkasnya. Penulis : Fauzia |
||||||
|
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |