Home / Otonomi | ||||||
Menjelajah Mencari Jerat-jerat Pencabut Nyawa Sabtu, 25/07/2020 | 17:30 | ||||||
Menyusuri hutan mencari jerat-jerat pencabut nyawa. KONDISI medan yang ditempuh tim Sisir Jerat tak bisa dibilang mudah untuk dilalui. Namun demi tujuan menyelamatkan populasi Harimau Sumatera dan Gajah, serta hewan lainnya dari jerat yang mematikan, tim yang terbentuk dari berbagai komponen tak ragu menyusurinya. Dalam waktu sepekan, tim harus mampu selesaikan tugasnya mencari sebanyak mungkin alat pembunuh berupa jerat satwa liar. Jerat yang sengaja dipasang pemburu harus dicari dengan cara menyisir di lahan konsesi perkebunan perusahaan. Agar efektif, tim dibagi dua saat bertugas. Semua personel adalah bagian dari BBKSDA Riau, Distrik, Forum Harimau Kita, unsur Polri dan TNI serta masyarakat, yang mau terlibat dalam tugas mulia ini. Tim I menyisir arah Duri, Bengkalis dan tim II bergerak ke arah Minas, Siak dan Tapung, Kampar. Pada Rabu (22/7/2020) sekitar​ pukul 08.00 Wb, tim I tiba di Distrik Duri I. Lalu berkumpul dan merencanakan kegiagan dalam Sisir Jerat satwa liar ini. Tak lupa dilakukan doa bersama, supaya terhindar dari segala ancaman di lapangan, termasuk konflik dengan satwa. Zainal merupakan salah satu anggota tim I. Pria 53 tahun dengan ciri khas rambut gondrong yang memulai beruban itu adalah petugas penegakan hukum BBKSDA Riau. Dalam sepekan terakhir ini, dia sudah keluar masuk hutan untuk mencari jerat-jerat pemburu liar. "Sebelum kita memulai tugas kita di lapangan, baiknya kita berdoa demi keselamatan tim bersama. Berdoa, mulai," kata Zainal di tengah kelompoknya sembari menundukkan kepala saat itu. Pekerjaan mencari jerat di hutan akan dimulai. Wilayah pemburuan jerat mengambil lokasi di perkebunan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Arara Abadi, yang merupakan penggagas dari kegiatan positif Sisir Jerat 2020 ini. Tujuannya, pencegahan konflik dan perburuan Harimau Sumatera dan Gajah dengan merusak dan bersihkan jerat. Perjuangan tim dimulai dengan menelusuri wilayah konsesi HTI daerah Bedeng. Lokasi ini jadi rute lintasan Harimau dan Gajah yang bisa dilihat dengan masih tersisanya jejak tapak hewan ini di tanah. Diperkiraan kucing besar itu melintas dua bulan lalu. Meski jadi pelintasan satwa, tanda-tanda jerat tak ditemukan tim, bahkan populasi satwa kunci ini juga tak terlihat. Menurut analisa, kawasan gambut sangat rentan beresiko tinggi bagi ekosistemnya. Bahkan, satwa ini lebih suka kawasan mineral. Di lokasi pertama, tim harus menempuh perjalanan bermedan terjal berbukit dan lumpur, yang memakan waktu hampir 2 jam. Pada sisi jalan porosnya, ditemukan kotoran Gajah dan jejak tapaknya berukuran sangat besar. Sekilas penelitian, dari jejak tapak Gajah ini sudah bisa diperkirakan jenis kelamin Gajah yang melewati kawasan Bedeng itu. Bahkan, dari kotoran​ tertinggal apabila telah berjamur dipastikan, tiga bulan lalu kawasan ini dilaluinya. "Kotoran Gajah ini banyak manfaatnya. Kalau kotoran ini diletakkan didalam kandang ayam, segala penyakit yang menyerang ayam tak bisa," jelas Zainal, sambil terus berjalan masuk ke hutan. Hasil pantauan petugas konservasi perusahaan melalui camera trap yang terpasang di kawasan itu, sepasang satwa Harimau ditemukan. Mereka diberi nama Meli dan Sapii. Aktifitasnya terpantau pagi dan sore. Maju sedikit, 30 menit perjalanan, tim lagi-lagi tak menemukan jerat terpasang di kawasan perkebunan yang juga berbatasan dengan Giam Siak Kecil (GSK). Tapi hanya kotoran Gajah, menurut analisa, rombongan satwa ini berjumlah 20 ekor, 4 ekor anakan. "Dulu sempat terlihat ada sepasang Harimau Sumatera ini. Makanya kami beri dia mana Meli dan Sapii, sesuai nama yang pemasang camera trap," timpal Rudi Krisdiawadi selaku Forest Conservation Region Riau PT. Arara Abadi. Perjalanan kembali esokan harinya, sisir jerat sebenarnya juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun. Namun, pada 2020 ini kegiatan itu diperluas dengan mencakup areal sekitar konservasi dan dianggap rawan akan keberadaan pemburu harimau. Kamis (23/7/2020) pekan ini, Halloriau.com, beruntung dapat ikut menjelajahi hutan dengan mengikuti giat sisir jerat di perbatasan konservasi Giam Siak Kecil Bukit Batu, Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis. Lokasi yang dituju merupakan wilayah jelajah harimau. Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Heru Sutmantoro mengatakan 90 persen harimau memiliki areal jelajah di luar kawasan konservasi. Termasuk kawasan konsesi dan perkebunan warga. Berbekal peta kerawanan, tim mengunjungi satu persatu areal yang memungkinkan dipasang jerat. Salah satu lokasi yang cukup banyak ditemukan jerat itu adalah perbatasan Distrik II Sebanga, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis. Jalanan tanah berkontur liat licin usai diguyur hujan semalaman menjadi tantangan pertama yang perlu ditaklukkan. Perjalanan dua jam dengan kendaraan double gardan tak terasa melelahkan kala harmoni kicauan burung mengiringi. Sedikitnya 45 jerat dan satu kotak perangkap landak berhasil ditemukan oleh tim gabungan. Jerat-jerat itu banyak ditemukan di sekitar areal perkebunan perbatasan kawasan konservasi dan areal perkebunan warga pendatang. Jerat itulah yang menjadi malaikat pencabut nyawa satwa kunci. Saat berjalan menelusuri semak belukar dan tanaman liar, sempat terpikir, warga pasti senang memberi makan ternaknya dengan dedaunan itu. Tak lama, tim pun merasakan keberadaan jerat satwa. Langkaj tertatih-tatih dengan energi yang tersisia pun langsung hilang seketika melihat target. Zainal semakin cepat melangkah saat seolah berbisik, masih banyak jerat di hadapan sana. "Mungkin ada yang lain di daerah sini. Biasanya gitu," jelasnya sembari terus mencari. Dan ternyata benar, lelaki dengan kalung gambar tengkorak dan sekilas bertampang galak itu pun hanya mengernyitkan dahi. Tangannya menggaruk kepala yang tak gatal sama sekali. Semakin jauh melangkah, jerat-jerat pun semakin berserakan. Dalam sekejab saja, jerat-jerat itu sudah mulai terkumpul, sembilan jerat. Tak selang berjalan, sebuah kotak berukuran hampir setinggi pinggang orang dewasa dan lebarnya semeter ditemukan di balik pohon besar. Kandang kayu dililit kawat berduri itu, sekilas tak nampak karena ditutupi daun-daun kering di sekelilingnya. Total semua, termasuk satu diantaranya Sling dan kotak kayu perangkap landak ditemukan. Semuanya ditemukan di Kalimunting, perbatasan Giam Siak Kecil Bukit Batu. "Jerat dibuat seperti tipuan oleh si pelaku agar satwa tak mengetahui akan bahaya mengincar dirinya. Modelnya, semua dibuat dari benen bekas untuk pelontar dan tali nilon. Kemudian ada jerat yang terbuat dari sling, ini mampu membuat satwa liar itu tersiksa akibat luka dari jeratan. Bahkan mati setelah terjerat dan sulit lepas," gumam Zainal seraya matanya terus mencari jerat lainnya. Saat itu, kala langit mulai bersidih bercampur akan datangnya malam, terasa awan gelap gulita, padahal jam baru menunjukkan pukul 16.24 Wib. Seakan akan turun hujan. Tim bergegas berangkat kembali menuju Distrik Duri II. Tak lama hujan pun turun sangat deras, tak peduli basah kuyub baju di badan, hilang penat terobati kala itu membawa hasil memuaskan dalam pertualangan. Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Heru Sutmantoro mengatakan 90 persen pergerakan satwa liar seperti gajah dan harimau berada di luar kawasan konservasi. Para pihak yang berada di sekitar konservasi, lanjut dia, harus peduli tentang keberadaan satwa liar. Untuk itu, ia mengatakan bahwa melindungi satwa dari jerat yang menjadi ancaman terbesar saat ini merupakan tanggungjawab bersama, dan bukan hanya terbatas pada pemegang izin konsesi. "Semoga kegiatan serupa tidak hanya dilakukan oleh beberapa pemegang konsesi saja, namun oleh seluruh pemangku kepentingan lain untuk ikut bertanggungjawab terhadap kelestarian satwa yang dilindungi," tegas Heru. Lebih jauh, dia pun mengapresiasi langkah PT. Arara Abadi yang melaksanakan kegiatan penyisiran tersebut. Apalagi saat ini, dia mengatakan jerat merupakan masalah terbesar bagi satwa liar di Riau terkait satwa liar. Penulis : Helmi Editor: Yusni Fatimah |
||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |