Home / Otonomi | |||||||||
Tak Penuhi Target Swab dari Pusat, Riau Tak Masuk 5 Provinsi Terbaik Tangani Covid-19 Jumat, 17/07/2020 | 11:05 | |||||||||
Ilustrasi PEKANBARU - Provinsi Riau dinilai belum memenuhi target swab yang ditentukan pusat. Oleh karena itu, Riau tidak termasuk dalam kategori lima Pemerintah Daerah (Pemda) terbaik dalam penanganan Covid-19 yang diumumkan Presiden Joko Widodo. Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan dalam beberapa waktu lalu Riau memang tercatat sebagai daerah dengan angka kesembuhan terbaik. Namun untuk mendapatkan ‘prestasi’ sebagai daerah penanganan corona terbaik oleh Pemerintah Pusat, Riau belum masuk. "Dalam penilaian tersebut ada beberapa indikator yang dilihat dan dinilai oleh Pusat, yang jelas untuk memberikan penilaian tidak segampang yang kita pikirkan," ungkap Mimi, Jumat (17/7/2020). Mimi menjelaskan, salah satu indikator yang mempengaruhi Riau tidak masuk dalam 5 daerah terbaik dalam penanganan Covid-19 adalah tidak tercapainya target pemeriksaan swab perhari. "Jumlah terget uji swab di Riau per hari cenderung menurun. Kabupaten dan kota di Riau sepertinya tak lagi seagresif dulu. Dalam sehari sampel swab yang diuji sangat jauh dari rata-rata standar maksimum," ujar Mimi. Terlebih saat ini, sambungnya, PCR yang kita punya sudah bisa melakukan uji sampel swab sebanyak 1000 sampel dalam sehari, namun sampel yang diuji sangat jauh di bawah itu, bahkan ada yang tidak mencapai terget minimum. "Padahal, ini sudah sama-sama kita ketahui bahwa tergat nasional sekitar 30 ribu pengujian sampel sehari sebagai salah satu syarat new normal," jelasnya. Mimi juga mengakui bahwa indikator ini, merupakan salah satu bagian yang belum bisa dipenuhi oleh Riau. Selanjutnya, upaya pemerintah daerah tidak lagi mengimbau, tapi mendesak, agar setiap daerah di Riau bisa melakukan kegiatan swab massal untuk mencapai terget ini. Semakin lama, menurut Mimi, memang ada kecenderungan pengurangan pengiriman sampel untuk swab. Beberapa faktor yang menyebabkan hal itu, yakni ada ketakutan dari masyarakat untuk diswab. "Faktor kedua, mereka cemas jika dinyatakan positif, siapa yang akan menafkahi keluarganya, dan faktor lainnya," tutupnya. Penulis : Rivo Wijaya Editor : Fauzia |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |