Home / Meranti | ||||||
Masyarakat Meranti Sulap Sagu Basah Jadi Pakan Ternak, Harganya Tinggi Sabtu, 04/07/2020 | 14:44 | ||||||
Pakan ternak dari sagu yang diolah masyarakat terlihat sedang dijemur. Dengan mengolahnya jadi pakan harga sagu basah jadi tinggi. SELATPANJANG - Pandemi virus Corona atau Covid-19 telah berdampak signifikan terhadap seluruh sendi kehidupan, terutama terhadap kondisi ekonomi. Kondisi ini kemudian menuntut sejumlah masyarakat untuk menemukan inovasi maupun formulasi baru untuk bisa bertahan pada kondisi ini. Seperti yang terjadi kepada pengusaha kilang sagu basah milik masyarakat di Kepulauan Meranti. Dimana sagu basah yang menjadi andalan kabupaten termuda di Riau itu kini sulit dijual. alaupun bisa dijual kini sagu basah hanya dihargai Rp1.600 perkilonya. Sebelumnya sagu basah milik masyarakat di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur bisa dijual harga Rp 2.000 perkilonya ke Negri Jiran Malaysia. Kondisi tersebut tentu sulit bagi petani karena sulit untuk mendapatkan keuntungan. Walaupun demikian untuk bisa bertahan, masyarakat pengusaha sagu kemudian membuat formulasi baru untuk bisa mendapatkan keuntungan dari sagu. Masyarakat kemudian memutar otak untuk mengolah sagu tersebut menjadi lebih ekonomis. Seperti yang dilakukan salah satu petani Sagu di Desa Sungai Tohor, Abdul Manan. Karena kondisi yang kian buruk dirinya lalu mengolah sagu menjadi pakan ternak. Hal tersebut dilakukannya karena ternyata saat sagu diolah menjadi pakan ternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. "Dengan kondisi yang sulit seperti ini sagu basah hanya dihargai Rp 1.600 perkilonya lalu kita mengolah sagu ini menjadi pakan ternak dan dijual keluar, ternyata hasilnya memuaskan dimana harganya tinggi yakni Rp 2.200 perkilonya," kata Manan, Sabtu (4/7/2020) siang. Dikatakan Manan, selain menguntungkan, sagu yang diolah ini juga tidak menimbulkan limbah seperti yang selama ini menyebabkan pencemaran lingkungan. "Tual sagu ini langsung kita parut, Pati sagu dan repu (ampas) sagunya tidak dipisahkan, melainkan dicampur dan langsung dijemur. Sehingga repu yang selama ini menjadi limbah ikut diolah. Sementara jika 1 kilo sagu basah yang dikeringkan hanya mendapatkan 7 ons saja," ujar Manan. Abdul Manan juga mengatakan, sagu olahan menjadi pakan ternak ini juga sudah diujicoba ke ternak dan hasilnya juga sangat mencengangkan, dimana hewan ternak terlihat suka melahapnya. "Ini sudah kita ujicoba juga ke hewan ternak, dan hasilnya juga sangat memuaskan. Dan ini saya pikir juga menguntungkan para peternak, dimana saat ini pakan yang didatangkan dari luar seperti pur dihargai tinggi kalau dibandingkan dengan pakan ternak yang kita buat yakni Rp 6.000 perkilonya," ujarnya. Untuk tahap awal, sagu olahan untuk pakan ternak ayam, bebek, ikan dan sapi itu akan dipasarkan di Kepulauan Riau dan di wilayah Jawa Barat. "Mulai minggu depan kita kirim. Untuk tahap awal pengirimannya 20 ton ke Batam, Kepulauan Riau dan ke Bogor, Jawa Barat sebanyak 50 ton yang dipacking menggunakan kemasan goni 50 Kg. Nanti mungkin diolah lagi di sana," pungkasnya. Penulis : Ali Imron Editor : Fauzia |
||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |