Home / Meranti | |||||||||
Imbas Pandemi Corona, Pemilik Kilang di Kepulauan Meranti Terpaksa Jual Murah Sagu Basah Jumat, 05/06/2020 | 19:28 | |||||||||
Tual Sagu SELATPANJANG - Dalam beberapa bulan terakhir semenjak pandemi virus Corona, pengusaha kilang sagu Basah di Kepulauan Meranti menjual sagu basah dengan harga murah. Hal ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan diri dari kerugian yang makin besar. Ada sebanyak 1000 ton tepung sagu hasil produksi dari 18 kilang milik masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti yang menumpuk disana. Biasanya setiap bulan sagu itu sudah diangkut ke Malaysia, namun karena pemerintah setempat melakukan pembatasan pergerakan masyarakat atau movement control order (MCO/lockdown) di negeri jiran tersebut, sagu itu hanya itu tertumpuk tidak tahu kapan diangkut. Abdul Manan salah seorang pemilik kilang pengolahan sagu basah mengatakan sagu basah tersebut sudah lama diolah, hanya tinggal menunggu dijual saja. Tidak lagi soal keuntungan, tapi tiap harinya menghitung kerugian karena produksi sagu basah mereka sudah lama tidak diterima negeri jiran itu. "Sudah lama diolah, ini tinggal dijual saja lagi," kata Abdul Manan beberapa waktu lalu. Dalam beberapa hari ini, pemilik kilang sagu disana sudah bisa sedikit bernafas lega, pasalnya sudah ada yang mau membeli sagu mereka. Abdul Manan mengungkapkan bahwa saat ini pihak penampung sudah mau mengambil sagu hasil produksi mereka. Tapi dengan konsekuensi bahwa harga sagu turun signifikan dari harga normalnya. "Sagu itu sudah mau diambil oleh tauke (bos penampung) tapi dengan harga anjlok, sekarang Rp 1.500 kemarin harganya Rp 1.950 jadi turun Rp 450," ujar Manan. Dengan kodisi tersebut Manan mengungkapkan hanya bisa pasrah karena tidak punya banyak pilihan. Karena dengan harga tersebut para petani tidak memiliki untung lebih dari produksi sagu mereka. "Kondisi saat ini yang jelas merasa rugi dengan harga segitu sekarang bekerja hanya untuk bertahan hidup, gak ada lagi keuntungan kita," ujarnya. Terkait hal ini Manan mengungkapkan harapan agar pihak Bulog bisa membeli sagu mereka sebagai solusi sulitnya mencari pembeli sagu di tengah pandemi ini, dan pemerintah bisa segera mengoperasikan Sentra IKM Sagu yang ada di Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur. "Harapan kita Bulog segera mengambil sagu dan sentra terpadu itu bisa segera dioperasikan, jadi (sagu) bisa dijadikan produk-produk makanan seperti beras sagu, gula sagu, mi sagu. Ini yang mau kita minta gubernur apakah bisa kira-kira bantuan supaya sagu ini bisa stabil harganya," tutur Manan yang juha Ketua Koperasi Sentra Sagu Terpadu yang mengelola IKM Sungai Tohor. Manan juga mengungkapkan jika untuk mengoperasikan SIKM dibutuhkan anggaran sebesar Rp 12 miliar untuk biaya produksi selama enam bulan. Selain itu produksi tersebut untuk menutupi kelangkaan terhadap dua jenis sembako selama pandemi Covid-19 ini. "Biaya Produksi SIKM kita butuh anggaran sebesar Rp 12 miliar lagi untuk enam bulan, dimana anggaran untuk satu bulannya sebesar Rp 2 miliar dan itu sudah termasuk pembelian bahan baku dan gaji karyawan. Menurut saya ini langkah terbaik jika Pemkab Kepulauan Meranti bisa mengoperasikan cepat, hal ini juga untuk mengatasi kelangkaan beras dan gula selama wabah corona ini," ujar Manan. Terakhir dikatakan, ini merupakan momentum untuk mengajak masyarakat hidup sehat dengan mengkonsumsi sagu. "Inilah saatnya Meranti mengajar masyarakat Meranti makan sagu, selain mengenyangkan dianya juga menyehatkan. Kalau misalnya ada pembagian Raskin sebanyak 5 Kg, dibagi saja, beras 3 kilo dan sagu 2 kilo," kata dia. Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM (Disdagperinkop-UKM) Kepulauan Meranti Aza Fahroni mengungkapkan hingga saat ini pihaknya belum banyak punya solusi untuk pemasaran produk sagu di Kepulauan Meranti. Walaupun sudah ada beberapa langkah untuk mencarikan pembeli, namun hingga saat ini diktakan Aza belum membuahkan hasil. "Kita juga sudah menghubungi beberapa koneksi, seperti Masyarakat Sagu Indonesia, sampai saat ini kita juga belum dapat info untuk pembeli," ujar Aza,.Jumat (5/6/2020). Aza mengaku khawatir bila pihaknya juga mencari pembeli namun menolak dengan harga yang tinggi. "Nanti saya panggil pembeli tapi minta dinaikkan harga, dia (pembeli) tidak mau beli, lebih parah lagi," ujarnya. Solusi jangka panjang yang ada saat ini dikatakan Aza adalah pengolahan sagu kering menjadi berbagai produk makanan. Namun hal bisa dilakukan melalui Sentra IKM Sagu di Sungai Tohor yang saat ini masih belum bisa dioperasikan. "Jadi sekarang masih dalam bentuk UPTD, hari Selasa ini pembahasannya. Jadi pengelolaannya sedang dalam proses," ujarnya. Aza juga mengatakan belum bisa memastikan kapan sentra IKM tersebut bisa dioperasikan. "Pekerjaan ini bukan keputusan saya, ini dibahas di tim bersama Ortal, Hukum dan pihak lain di luar internal. Tapi kita mensegerakan," tuturnya. Penyebab lamanya pengoperasian Sentra IKM sagu dikatakan Aza adalah karena managemen dan modal besar yang dibutuhkan. "Jadi pertama dari sisi pengelolaan managemen, kedua dari sisi pembiayaan operasional. Sumbernya terserah dari pihak koperasi melalui pinjaman bisa juga," pungkasnya. Penulis: Ali Imroen Editor: Yusni Fatimah |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |