Home / Meranti | |||||||||
Tujuh Hari Karhutla di Pulau Rangsang Tak Kunjung Padam Minggu, 01/03/2020 | 14:16 | |||||||||
Tim gabungan masih berjibaku memadamkan api. SELATPANJANG - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti sudah memasuki hari ketujuh, dimana kebakaran terjadi sejak Minggu (24/2/2020). Di lokasi, petugas gabungan mengalami kendala yang luar biasa sehingga api yang mulanya padam hidup kembali akibat tertiup angin. Kebakaran yang melanda tiga desa yakni Desa Bungur, Desa Telesung dan Desa Tanjung Kedabu ini sebenarnya sudah masuk dalam tahap pendinginan, namun karena berada di lahan gambut, api yang berada di bawah tidak tampak dan kembali menyala di saat malam hari. Jumlah petugas yang dikerahkan untuk memadamkan api tidak tanggung-tanggung, dimana seluruh personel turun dengan berbagai unsur dengan kekuatan penuh seperti TNI, BKO Polda, Polres Kepulauan Meranti, Polsek Rangsang, BPBD, pihak kecamatan, PT SRL, masyarakat, MPA, Satpol PP dan KLH Provinsi Riau dengan total berjumlah 305 orang. Rombongan BKO Polda Riau yang dipimpin oleh Dirpamobvit Polda Riau Kombes Pol Dolivar Manurung mengaku agak kesulitan memadamkan api, namun pihaknya tidak menyerah dengan berbagai kondisi yang ada. "Ampun saya bos, tapi demi negara saya siap, motto kami sebelum padam kami tidak akan pulang," kata Dirpamobvit Polda Riau Kombes Pol Dolivar Manurung, Minggu (1/3/2020). Selain itu Dolivar juga mengatakan kendala di lapangan lainnya yakni akses jalan untuk masuk ke lokasi jauh dan harus merintis dan membuka jalan baru untuk dapat masuk ke lokasi yang terbakar. Diperkirakan luas lahan yang terbakar untuk tiga desa tersebut sudah mencapai 30 hektar, dimana vegetasi meliputi semak belukar. Awal mulanya titik api berasal dari Desa Telesung Kemudian merambat ke Desa Tanjung Kedabu, dan Desa Bungur. Selain mesin ministrike yang berjumlah 16 unit dan mesin Robin 10 unit dan selang sepanjang 90 roll serta alat berat, petugas juga menggunakan peralatan manual seperti ember. Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Taufiq Lukman Nurhidayat SIK MH mengatakan kalau cuaca panas dan disertai angin kencang yang berhembus dikarenakan berdekatan dengan laut tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan kembali titik api dari sisa-sisa kebakaran karena kemungkinan sisa api masih ada di dalam tanah bergambut, dan sulitnya mendapat sumber air untuk melakukan pemadaman karlahut. "Petugas di lapangan kendalanya pada air dan akses jalan. Sementara anggota dilapangan bersama masyarakat harus mengali tanah untuk mendapatkan air dan air tersebut tidak bisa tahan lama dan cepat kering serta harus mencari sumber air dengan menggali tanah di lokasi yang baru," kata Kapolres. Sementara alat berat yang dikerahkan untuk membuat embun malah terperosok kedalam tanah. "Kita sudah ada alat berat dari PT SRL untuk pembuatan Embung guna menambahkan sumber air di desa Bungur. Namun pada saat alat berat bergerak menuju desa Tanjung Kedabu guna menambah embung di TKP namun mengalami kendala yakni dua unit alat berat terperosok dan tidak bisa melanjutkan untuk menuju ke Tanjung Kedabu," katanya. Penulis : Ali Imron Editor : Fauzia |
|||||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |