Home / Internasional | ||||||
Setelah Melalui Perdebatan, DPR AS Serahkan Dokumen Pemakzulan Trump ke Senat Kamis, 16/01/2020 | 15:00 | ||||||
Presiden AS Donald Trump. JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat akhirnya menyerahkan dokumen pemakzulan Presiden Donald Trump kepada Senat pada Rabu (15/1) kemarin, setelah melalui perdebatan selama beberapa pekan. Berkas itu bakal dibacakan di hadapan Senat hari ini pukul 17.00 waktu setempat, setelah Hakim Agung John Roberts mengambil sumpah seluruh senator untuk menyidangkan Trump pekan depan. "Ini masa yang sulit bagi negara ini, tetapi ini adalah waktu yang tepat terkait alasan pembentukan Senat. Saya meyakini lembaga ini bisa berdiri di atas kepentingan jangka pendek dan menyingkirkan perbedaan demi kepentingan bangsa. Kita bisa dan harus melakukannya," kata Ketua Fraksi Republik di Senat, Mitch McConnell, seperti dilansir AFP, Kamis (16/1/2020) dikutip dari cnnindonesia. McConnell menyatakan kemarin sidang pemakzulan Trump oleh Senat kemungkinan akan dimulai pada Selasa (21/1) pekan depan. Berkas pemakzulan itu terdiri dari dua perkara terpisah, yakni dugaan penyalahgunaan kekuasaan dan upaya menghalangi Kongres. Berkas itu disampaikan di dalam map biru, dan diteken oleh Ketua DPR AS, Nancy Pelosi. "Sangat menyedihkan dan tragis bagi negara kita karena presiden mengambil langkah yang menyepelekan keamanan nasional, melanggar sumpah jabatan membahayakan proses pemilihan umum kita," kata Pelosi. "Presiden (Trump) akan diminta pertanggungjawabannya. Tidak ada seorang pun berada di atas hukum," kata Pelosi. Kemungkinan besar sidang pemakzulan itu akan berlangsung dua pekan atau lebih. Pelosi, berharap Kongres menggelar sidang pemakzulan itu dengan adil dan jujur. Dia menginginkan Senat juga memanggil seluruh saksi dan meminta dokumen dari Gedung Putih yang dianggap penting untuk memperjelas duduk perkara. Sekitar 100 senator akan menjadi majelis dalam sidang tersebut. Akan tetapi, kemungkinan besar untuk mendepaknya dari Gedung Putih saat ini sangat sulit. Penyebabnya adalah komposisi senator fraksi Republik dan Demokrat saat ini adalah 53 anggota dan 47 orang. Pemungutan suara di Senat harus mencapai dua pertiga dari jumlah keseluruhan anggota untuk mencapai kesepakatan mendepak Trump dari Gedung Putih. Trump menjadi presiden ketiga AS yang akan menjalani sidang pemakzulan. Dia diduga sengaja menahan bantuan pertahanan untuk Ukraina sebesar US$391 juta antara Juli sampai September 2019. Hal itu diduga dilakukan untuk menekan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mau mengabulkan permintaan Trump untuk mengusut dugaan korupsi mantan anggota dewan komisaris perusahaan energi Burisma, Hunter Biden. Hunter adalah anak dari bakal calon presiden Partai Demokrat, Joe Biden. Diduga upaya Trump itu berbau politis dan berpotensi menjegal langkah Biden yang merupakan salah satu pesaingnya dalam pemilihan presiden 2020. Sebab jika hal itu terjadi, maka citra politik Biden akan tercoreng. Trump juga dituduh menghalangi Kongres dengan tidak memberikan akses dokumen kepada panitia khusus. Dia memerintahkan orang-orang yang dipanggil untuk memberikan tidak perlu hadir di DPR. Akhirnya DPR AS memutuskan sepakat untuk memakzulkan Trump pada 18 Desember. Pelosi sempat menahan dokumen pemakzulan untuk menekan Senat supaya mau memanggil sejumlah saksi dan meminta dokumen yang dari Gedung Putih. Menanggapi penyerahan dokumen tersebut, Trump kembali mencibir langkah DPR. "Dimulai lagi, sebuah aksi tipu-tipu dari Demokrat. Semua pekerjaan ini seharusnya diselesaikan oleh DPR, bukan Senat," cuit Trump melalui akun Twitter. (*) |
||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |