Home / LifeStyle | |||||||||
Hidup Bermasyarakat dengan Penderita Infeksi HIV Sabtu, 30/11/2019 | 11:27 | |||||||||
ODHIV menghadapi tantangan lain yang tidak kalah berat selain penyakit yang mereka idap: stigma dan diskriminasi. Infeksi HIV merupakan masalah kesehatan global. Di tahun 2016, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat sekitar 1 juta penderita HIV meninggal di seluruh dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari UNAIDS (United Nations Program on HIV/AIDS) di tahun 2016, terdapat sekitar 620.000 penderita infeksi HIV (ODHIV) di Indonesia. 3200 kasus terjadi pada anak-anak, dan angka kematian akibat penyakit ini mencapai 40.000 kasus. Siapa pun dapat berisiko terkena HIV, oleh karena itu penanganan serta pencegahan persebaran penyakit ini harus bermula dari dukungan dan pemahaman terhadap ODHIV.Diskriminasi dan Stigma terhadap ODHIV Tidak hanya berusaha untuk tetap hidup sehat, ODHIV menghadapi tantangan lain yang tidak kalah berat: stigma dan diskriminasi. Tidak sedikit ODHIV yang kehilangan pekerjaan, ditolak oleh keluarga dan teman-temannya, atau bahkan menjadi korban kekerasan. Data dari UNAIDS menyebutkan bahwa 62,8% masyarakat di Indonesia enggan berinteraksi dengan ODHIV. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV, yaitu:
Dengan stigma sosial, muncullah diskriminasi terhadap ODHIV, seperti dikeluarkan dari kantor atau sekolah karena mengungkapkan diri sebagai ODHIV atau tidak diperkenankan menggunakan fasilitas umum seperti tempat ibadah. Pemerintah dan profesional medis tentunya berperan penting dalam mengurangi stigma masyarakat umum terhadap ODHIV. Edukasi mengenai ODHIV dapat meningkatkan pengertian masyarakat tentang penyakit ini. Memberi Tahu Orang Lain Stigma-stigma dan diskriminasi di atas sering membuat ODHIV enggan untuk mengungkapkan kondisinya kepada orang lain. Tapi menginformasikan kepada orang-orang tertentu bahwa Anda mengidap HIV sebenarnya membawa banyak manfaat, seperti:
Meski demikian, begitu terdiagnosis, Anda tidak harus segera memberitahu kondisi Anda kepada semua orang. Ambil waktu dan bersikaplah selektif dalam menentukan siapa yang perlu tahu situasi Anda. Pastikan hal berikut:
Pada beberapa kasus, menginformasikan kondisi Anda bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Misalnya pada pengelola asuransi kesehatan dan jiwa. Menyadari Konsekuensi dan Mengurangi Risiko Mengidap HIV membuat Anda tidak lagi dapat melakukan beberapa hal seperti mendonorkan darah. Selain menjaga kesehatan diri, Anda berkewajiban untuk tidak menularkan HIV kepada orang lain. HIV menyebar melalui cairan tubuh seperti air mani, darah, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Penularan virus ini paling umum terjadi dalam hubungan seksual tanpa proteksi, sehingga menggunakan kondom menjadi salah satu solusi untuk mengurangi risiko penularan pada pasangan Anda. Selain itu, seorang ibu berisiko meneruskan virus melalui kandungan, saat proses persalinan, atau melalui pemberian ASI. Tapi dengan langkah pengobatan yang ada, seorang wanita bisa hamil dan bersalin tanpa menularkan HIV ke anaknya. Berbagi alat perlengkapan menyuntik dapat meningkatkan risiko penyebaran karena peralihan darah yang mengandung HIV. Hindari juga berbagi alat suntik untuk konsumsi obat-obatan. Mencari Dukungan Anda tidak sendiri. Menurut data UNAIDS 2015, terdapat sekitar 690.000 ODHIV di Indonesia. Selain dengan paramedis dan kerabat dekat, Anda dapat berbagi informasi dengan sesama ODHIV untuk mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat. Anda dapat bergabung dengan Komunitas AIDS Indonesia dan menemukan institusi yang memberikan tes dan pelayanan bagi ODHIV di kota Anda. Forum tentang berbagai informasi seputar HIV juga dapat diakses di Yayasan Spiritia. ALODOKTER adalah super app yang memberikan segala solusi mengenai berbagai masalah kesehatan yang terjadi di kalangan keluarga muda Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut terkait ALODOKTER, bisa mengunjungi www.alodokter.com , Instagram @alodokter_id , facebook/alodokter , twitter @alodokter , dan silakan mengunduh langsung aplikasi ALODOKTER di Google Play Store dan Apple Store. *Artikel ini ditinjau dr. Kevin Adrian selaku dokter dari ALODOKTER |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |