Home / Meranti | ||||||
Memilukan, Umur 15 Tahun Terpaksa Jual Keperawanan Rp250 Ribu untuk Balas Budi Ibu Angkat Rabu, 20/02/2019 | 14:59 | ||||||
Bunga saat memaparkan ceritanya. SELATPANJANG - Kisah pilu seorang anak perempuan di bawah umur di Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti yang harus menjual keperawanannya. Bahkan ia sudah 13 kali melakukan hubungan layaknya suami istri bersama lelaki hidung belang. Malang benar nasib si Bunga, begitulah nama samarannya. Saat pertama harus menjual keperwanannya ia baru saja menginjak umur 15 tahun. Bunga merupakan seorang anak yatim piatu. Saat diasuh nenek yang hidup serba kekurangan, bunga diasuh oleh seorang wanita dan menjadikan bunga sebagai anak angkatnya. Bunga kehilangan ayah pada tahun 2010. Empat tahun kemudian sang ibu pun menyusul berpulang pada tahun 2014. "Ayah meninggal tahun 2010 dan ibu meninggal tahun 2014. Kemudian saya tinggal dengan nenek baru kemudian dengan ibu angkat. Ketika sama nenek saya hidup susah sekali, makan pun dengan garam," ujarnya. Meski di bawah umur, ia terpaksa menjadi seorang pekerja seks sebagai balas budi pada ibu angkat. Kisah pilu yang ia ceritakan membuat sedih hadirin Penyuluhan Antisipasi Dini Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Penyuluhan yang digelar Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3APPKB) Kepulauan Meranti. Di hadapan peserta, Bunga yang hanya bersekolah hingga kelas 3 SD itu membeberkan semua tentang kekerasan seksual yang dialaminya. Harapan akan adanya orang tua sambung yang akan melindungi dirinya berbalik menjadi kesedihan. Wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu angkat tega menjualnya pada pria hidung belang. "Saya awalnya diajak ke rumahnya, saya dikasih makan dan dirawat," ungkapnya diikuti isak tangis. Setelah dirawat dan dihidupi selama beberapa waktu, ternyata ibu angkatnya memiliki niat yang tidak baik. Bunga akhirnya dibawa untuk dijual kepada pria hidung belang. "Ibu itu bilang, kamu sudah saya kasih makan, sekarang kamu lakukan sesuatu untuk saya. Terpaksa saya melakukan hanya untuk membalas budi ibu itu," ujarnya sambil berusaha menahan tangisnya. Ditambahkan bunga, dari hasil menjual keperawanannya saat itu yang terpaksa dilakukannya hanya dihargai sebesar Rp 250.000, namun sebagai imbalan ia hanya mendapatkan Rp 50.000 saja sementara sisanya milik ibu angkatnya. Dijelaskan Bunga, saat ini ibu angkatnya itu telah menjalani proses hukum atas perbuatannya setelah diamankan aparat kepolisian beberapa waktu lalu. "Sampai saat ini saya masih trauma dan masih ingat apa yang telah terjadi," ucap Bunga kembali meneteskan air matanya saat didampingi Psikolog Refita Mustika Dewi. Saat ini Bunga sudah menjalani masa rehabilitasi di Pekanbaru untuk memperbaiki psikologis dan rasa traumanya. Dalam kesempatan itu, bunga juga berpesan kepada yang masih punya orangtua agar menjaga orangtuanya dengan baik. "Saya ingatkan kepada kawan-kawan yang masih punya kedua orangtua untuk menyayangi mereka," tuturnya. Kepala Bidang Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak Dinsos P3APPKB Kepulauan Meranti Juwita Ratna Sari mengatakan bahwa cerita korban kekerasan tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi dan keberanian. Sehingga masyarakat tak ragu melaporkan tindak kekerasan yang terjadi di lingkungannya. "Jadi ini sebagai infomasi kepada masyarakat, agar jangan takut melaporkan tindak kekerasan yang terjadi kepada kita maupun masyarakat sekitar," ujarnya. Ratna menyampaikan bahwa korban tindak kekerasan tidak usah takut karena identitas akan dirahasiakan. "Apapun informasi terhadap korban dan identitas kita usahakan sebisa mungkin tidak terekspos," ungkapnya. Mantan Lurah Selatpanjang Barat ini juga mengatakan bahwa tugas untu menyelesaikan ini sangat berat, untuk itu diperlukan peran serta masyarakat. "Menghadirkan cerita korban bukan maksud mendramatisir masalah ini, namun inilah contoh kasus yang harus kita tanggani bersama," ungkap Ratna. Dirinya berharap melalui penyuluhan ini, pemahaman dan pengetahuan akan kekerasan terhadap anak tidak hanya di dapat peserta akan tetapi dibagikan kepada masyarakat luas. Penulis : Ali Imron Editor : Fauzia |
||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |