Home / Meranti | ||||||
Penuturan Istri di Meranti: Disiksa Suami Selama 5 Tahun hingga Dibacok 3 Kali, Saya Tetap Bertahan Selasa, 19/02/2019 | 16:52 | ||||||
Ibu rumah tangga berinisial S di Kepulauan Meranti mengalami puluhan kali KDRT selama 5 tahun pernikahan mereka. SELATPANJANG - Seorang ibu rumah tangga berinisial S di Kepulauan Meranti mengalami puluhan kali KDRT selama 5 tahun pernikahannya dengan sang suami yang sangat arogan.
Awal mula hubungan terjalin, S sudah mendapat perlakuan tidak menyenangkan, dimana kata - kata kasar dan tangan suaminya sudah berulang kali mendarat di pipinya. "Semenjak menikah bukan awal bahagia kami. Saya sudah berulang kali mendapat perlakuan kasar," ungkap S saat dihadirkan menjadi narasumber acara penyuluhan antisipasi dini pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos P3APPKB Kepulauan Meranti, Selasa (19/2/2019). Perlakuan kasar yang dialaminya tidak sampai di situ, bahkan sampai mereka dikarunia dua orang anak, tindakan itu terus dialaminya. "Sebenarnya saya tidak sanggup menanggung beban derita ini. Namun saya belum mau melaporkan ke polisi karena banyak yang saya pikirkan, salah satunya adalah tak ada yang memberi nafkah," kata S. S berujar setiap kali kemarahannya mereda, sang suami akan meminta maaf keesokan harinya untuk menghilangkan kata-kata menyakitkan yang ia ucapkan kemarin malam. "Bertahun - tahun saya hampir mati dipukul suami," katanya. Sampai pada akhirnya S sudah tidak tahan dengan perlakuan suaminya, dimana puncak kemarahan sang suami terjadi ketika pada malam hari, dia membacok S menggunakan sebilah parang panjang. "Pada malam itu, suami saya baru pulang ke rumah. Ketika saya keluar kamar, suami saya sudah memegang parang di tangannya. Dia langsung membacok saya, ada tiga kali dia membacok, di kepala, leher, dan punggung. Dengan bersimbah darah malam itu juga saya melapor ke polisi," ungkap S. S mengaku sebenarnya ia menjalin ikatan pernikahan bersama suaminya atas dasar cinta dan tidak dengan paksaan. Namun ketika suaminya terpengaruh oleh Narkoba, perilakunya menjadi kasar. "Kami menikah atas dasar cinta. Dia sering memukul karena dia memakai Narkoba. Emosinya tinggi, saya yang jadi tempias, apalagi keadaan ekonomi kami yang susah," ungkap S. Keesokan harinya, suami S langsung ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Baru 4 bulan menjalani hukuman, S menjadi bingung untuk menafkahi anak - anaknya. "Baru 4 bulan suami ditahan saya menjadi bingung. Akhirnya saya mencoba untuk mencabut tuntutan hukuman, namun tidak bisa. Akhirnya pengadilan mengurangi masa tahanan suami saya yang semula 2 tahun menjadi 9 bulan," ungkap S. Karena didasari rasa cinta yang telah lama bersemai. Saat ini S dan suaminya kembali berkumpul bersama keluarga setelah suaminya menjalani masa hukumannya. "Suami saya sudah berubah total setelah keluar penjara. Saat ini dia sudah menjadi lebih baik dan tidak kasar lagi," ujarnya. Penulis : Ali Imroen Editor : Yusni Fatimah |
||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |