Home / Politik | |||||||||
Para Transmigran di Riau Belum Tentu Pilih Jokowi Rabu, 13/02/2019 | 05:33 | |||||||||
Bagus Santoso PEKANBARU - Sebaran penduduk transmigran di Provinsi Riau selalu menjadi incaran kontestan Pemilu untuk mendulang suara. Hal ini lantaran kelompok tersebut cenderung lebih gampang diarahkan ketimbang warga urban di kawasan perkotaan. Menurut politisi PAN Riau yang aktif menyapa masyarakat transmigran, Bagus Santoso, segmentasi suara pada kelompok ini dapat dikatakan penuh warna. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan politik yang dominan di kelompok masyarakat yang beras dari Jawa tersebut. "Tidak hanya di kubu Jokowi atau Prabowo, tetapi merata. Misalkan di desa-desa baik di Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Siak. Jadi kita tidak bisa mengukur siapa yang menang dan tersisih," sebut pria yang aktif di paguyuban kelurga Solo Riau itu, Selasa (12/2/2019). Sebelumnya pengamat politik dari Universitas Riau, Tito Handoko, menyebut kelompok penduduk transmigran merupakan kantong suara bagi pasangan Jokowi - Ma'ruf. Kelompok ini selain kebanyakan bermukim di desa - desa, juga dicirikan dengan aktivitas petani, termasuk petani Kelapa Sawit. Suku Jawa sendiri ditilik dari komposisi demografi Provinsi Riau, memiliki persentase 29,20% (Provinsi Riau dalam angka 2016). Persentase tersebut merupakan terbesar kedua setelah etnis Melayu 33,20%. Sementara itu jumlah penduduk Riau berdasarkan sensus 2010 lebih kurang 5,5 juta jiwa. Ada pun jumlah pemilih di provinsi ini untuk pemilu serentak 2019 mencapai 3,8 juta jiwa. Bagus pun menyebut di dalam paguyuban masyarakat Jawa di Riau, khususnya yang berasal disekitaran Solo (daerah yang identik dengan Jokowi), capres 01 tersebut tidak bisa dikatakan paling dominan. "Bisa dikatakan merata, di dalam grup ada yang menyuarakan Jokowi, ada juga bersuara Prabowo," tambahnya. Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) area Riau, Gulat Medali Emas Manurung, mengungkapkan bukan hal aneh jika petani Sawit di Riau (petani Sawit banyak berasal dari transmigran) melirik Jokowi - Ma'rruf pada pilpres 2019. Kata Gulat, di era Jokowi komoditi Sawit yang dulunya terkesan autopilot kini mulai banyak mendapat sentuhan kepedulian dari pemerintah. "Peremajaan sawit itu bisa dijadikan contoh dimana istana punya kepekaan terhadap komoditi strategis ini. Ini belum bicara Tanah Objek Reformasi Agraria," ungkapnya di Gatra.com. Gulat juga menambahkan, peremajaan kelapa sawit dengan bantuan Rp25 juta per hektar sangat membantu petani Sawit. Terlebih banyak kelapa Sawit di Riau, khusunya milik petani berusia diatas 20 tahun. Gulat pun menyebut, gencarnya diplomasi sawit yang dilakukan pemerintah untuk memproteksi komoditi ini di luar negeri, merupakan contoh lainnya bentuk kepedulian pemerintah yang pada akhirnya turut dirasakan petani sawit.(*) |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |