Home / Hukrim | |||||||||
Samakan dengan Penjajah Insentif Dikurangi, Pemko Pekanbaru Diminta Tutup Kantor Gojek Senin, 13/08/2018 | 12:48 | |||||||||
Jalannya demo mitra Gojek di Pekanbaru tampak dikawal personel Satpol PP. PEKANBARU - Puluhan mitra driver Gojek berunjuk rasa di depan kantor Walikota Pekanbaru, Senin (13/8/2018) pagi. Mitra gojek yang didominasi driver taksi online (Gocar) ini meminta Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru menutup kantor operasional PT Gojek Indonesia itu. Aksi itu dipicu adanya pemotongan uang insentif yang dinilai tidak wajar. Insentif yang biasa diterima driver sebesar Rp220 ribu, sekarang hanya tinggal Rp90 ribu. "PT GI bukannya bermitra maupun berbisnis dengan kita, tapi justru menjajah. Kita menuntut pihak PT GI mengembalikan insentif sebesar Rp220 ribu. Jika tidak, kita meminta Pemko Pekanbaru untuk menutup operasional GoJek di Pekanbaru," kata Koordinator Umum, Rizky kepada wartawan. Rizky tak menutupi rasa geram yang dirasakannya terhadap manajemen Gojek. "Kejadian sekarang, insentif tidak manusiawi sekali. Ini bukan bisnis tapi sudah berupa menghisap," tegas Rizky lagi kepada halloriau.com. Lebih lanjut, katanya, dari insentif yang diterima saat ini Rp90 ribu, para driver tidak bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Kata Rizky, biaya operasional sangat kurang belum ditambah biaya lainnya yang harus dibebani driver. "Kami merasa, para driver hidup dimasa penjajahan. Insentif yang diterima Rp90 ribu saat ini belum dapat menutupi kehidupan sehari-hari, belum lagi kredit mobil serta operasional lainnya. Semua serba kekurangan," ulang Rizky. Mengenai kesepakatan, katanya, secara umum pihak driver tidak memiliki kesepakatan awal tentang permasalahan insentif yang diberikan pihak manajemen PT Gojek Indonesia. Rizky pun mengakui, kesepakatan yang diterima driver. "Kesepakatan awal memang tidak ada, tapi hanya mengikuti aplikasi saja, yang mereka berikan awal Rp300 ribu. Ini sangat memungkinkan menjalankan bisnis ini. Tapi kalau sekarang ini sangat tidak mungkin, siapa pun orangnya yang menghitungnya, bisa berpendapat ini merupakan penjajahan," terang Rizky. Seperti contoh yang diberikan Rizky terkait insentif yang tidak sepatutnya yang diterima ratusan driver Go-Car Pekanbaru saat ini. Berimbas pada kinerja yang diberikan driver dari 18 jam kerja dengan poin 12 didapatkan. "Demi mengejar poin maksimal sehari 12 dalam 18 jam kerja. Tapi kami tidak menghasilkan apa-apa. Ini kami merasa ditipu, diperas dan dijajah. Mereka ini hanya mengambil untuk dari kami, bukan sebagai kemitraan," geram Rizky. Sejauh ini, jumlah anggota driver yang tercatat dalam data telah mencapai sekitar 3000 driver. Dari sekian banyaknya yang aktif hanya 1000 driver beroperasi di kota Pekanbaru. Para mitra Gojek ini juga meminta Pemko Pekanbaru agar bisa menjembatani antara mitra driver dengan pihak GoJek terkait dengan pemotongan insentif di atas 50 persen tersebut. "Kami memohon kepada Pemko Pekanbaru untuk menolong kami dan menjembatani kami untuk menyampaikan keluhan ke pihak GoJek," kata dia. Ia menilai, kebijakan PT GI melakukan pemotongan insentif tersebut sangat merugikan mitra driver yang menggantungkan hidup sebagai mitra. Dengan tarif Gocar saat ini, kata dia, mitra tidak mampu menutupi biaya operasional. "Dengan nilai sekecil itu tidak mampu menutupi biaya operasional. Belum lagi ada mitra yang mengkredit mobil untuk menjadi taksi online," jelasnya kembali. Pelaksana tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pekanbaru, Kendi Harahap berjanji akan memfasilitasi antara mitra driver dengan pihak PT GI. Ia mengakut, soal tarif atau insentif yang diterapkan belum ada regulasi yang mengatur. "Sejauh ini, memang belum ada regulasi dan juga tarif serta izin dari Dishub untuk taksi online ini," jelasnya. Penulis: Delvi Andri/Helmi Editor: Yusni Fatimah |
|||||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |