Home / Meranti | ||||||
Agar Tidak Tenggelam, Jalur Jalan Poros Kampung Balak harus Dipindah Senin, 08/01/2018 | 14:37 | ||||||
SELATPANJANG - Akses menuju pelabuhan penyeberangan roll of roll on (Roro) di Dusun Kampung Balak, Desa Tanjung Peranap Kecamatan Tebingtinggi Barat, Meranti ternyata masih belum bisa berfungsi untuk dilalui kendaraan. Hal itu karena kondisi di beberapa titik menjadi sungai dan tergenang air dengan kedalaman mencapai satu meter.
Padahal Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sudah merubah perencanaan pola pembangunan di beberapa titik genangan air hingga menjadi aliran sungai tersebut yang berada di Dusun Kampung Balak, mulai dari teknik kaki seribu, sampai dengan mengeruk lintasan air. Tetapi tetap saja jalan itu tak bisa digunakan secara maksimal. Saat ini sepanjang 2 kilometer Jalan Poros Alai-Mengkikip tersebut masih tergenang air hingga sedalam lutut orang dewasa. Kepala Desa Tanjung Peranap, Aswandi mengungkapkan tergenangnya 2 kilometer jalan poros tersebut mengakibatkan desanya terisolir untuk menuju ibukota kecamatan dan kabupaten. "Kami terpaksa harus menggunakan jalur transportasi laut dengan menggunakan kapal motor Kempang untuk menjangkau desa terdekat maupun urusan ke kecamatan," ujar Aswandi beberapa waktu lalu. Ongkos kapal motor kempang yang dikeluarkan warga juga tidak murah. Warga juga harus merogoh kocek dan membayar Rp 60 ribu per satu unit sepeda motor. Pj Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPU PRPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti, Sabri membenarkan kondisi sebagian ruas Jalan Poros Alai-Mengkikip, tepatnya di Di Dusun Kampung Bapak, Desa Tanjung Peranap sangat memprihatinkan. Dia mengatakan peningkatan jalan poros tersebut saat ini dilakukan oleh Provinsi Riau. Namun, tampaknya pihak kontraktor mengalami kendala dalam pengerjaan proyek tersebut. "Kontraktor sudah menimbun sebanyak 4 ribu kubik material di jalan itu, tapi tenggelam," ujar Sabri. Untuk diketahui pada tahun 2017 sudah dialokasikan sebesar Rp 40 miliyar lebih oleh Pemerintah Provinsi Riau untuk melanjutkan pembangunan jalan Alai-Mengkikip tersebut, sedangkan pada tahun 2016 lalu sudah di gelontorkan sebanyak Rp52 miliar. Tetapi hasilnya masih belum maksimal. Lebih lanjut dijelaskannya pembangunan jalan poros Alai - Mengkikip Kecamatan Tebingtinggi Barat akan membutuhkan biaya dan waktu yang lama jika masih menggunakan jalur lama. "Jalur yang saat ini gambutnya cukup tebal, jadi tanahnya sangat lunak. Meski sudah ribuan kubik material dan provinsi menganggarkan Rp100 miliar untuk penimbunan, jalannya masih seperti itu. Materialnya amblas ke tanah," ujar Sabri. Menurut Sabri, agar RoRo Kampung Balak di Kecamatan Tebingtinggi Barat tujuan ke Buton, Kabupaten Siak berfungsi optimal, jalur Jalan Poros tersebut harus dipotong kompas atau dipindahkan. "Jalur saat ini kan agak memutar, sebaiknya dipotong kompas saja dari Kampung Balak ke Kundur. Apalagi jalur yang baru ini memilki gambut yang tipis karena dekat dengan laut," ujarnya. Kendati dekat dengan laut, Sabri menjamin jalur baru tersebut tidak akan terdampak oleh air pasang. "Jarak dari laut ke jalur tersebut cukup jauh, sekitar 1 kilometer lebih," ujarnya. Namun, kata Sabri jalur tersebut masih berbenturan dengan status lokasi. Lokasi jalur baru tersebut kata Sabri, masuk dalam kawasan hutan. "Memang harus melalui proses yang rumit agar bisa dimanfaatkan untuk pembangunan jalur baru," ujar Sabri. Sedangkan jalur yang saat ini sudah terlanjur dibangun kata Sabri, tetap bisa digunakan oleh masyarakat sebagai jalan alternatif atau jalan lingkar poros Alai-Mengkikip. "Jalur lama tetap dibangun dan digunakan, namun kan harus bertahap dan butuh waktu yang cukup panjang," ujar Sabri. Penulis : Ali Imroen Editor : Yusni Fatimah |
||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |