Home / Internasional | ||||||
Media Zionis Israel Sebar Hoax, Bayi 5 Bulan Palestina yang Terbunuh Disebut Boneka Minggu, 03/12/2023 | 18:11 | ||||||
Seorang bayi berusia 5 bulan di Palestina menjadi korban pembunuhan Ziois Israel.(foto: int) YERUSALEM - Jerusalem Post, media propaganda milik Zionis Israel menjadi sorotan warganet setelah menyebut bayi Palestina berusia 5 bulan yang digendong kakeknya sebagai boneka. Kontroversi ini memicu reaksi keras, terutama dari jurnalis dan pembuat film berbasis di Washington, Dan Cohen. "Jerusalem post yang dijalankan pemukim zionis israel kelahiran AS dan propagandis militer zionis israel avi mayer, telah secara diam-diam menghapus artikel yang secara salah diklaim bayi Palestina yang dibunuh zionis israel, Muhammad Hani-al-Zahar adalah boneka," ungkap Cohen dalam kicauannya dilansir republika.co.id. Netizen lain menambahkan, kebohongan dan narasi menipu adalah ciri khas Zionisme. Respons tersebut menyoroti sensitivitas isu Palestina yang tengah dijajah Zionis Israel dan pemberitaan yang dianggap merendahkan. Dalam tanggapannya, Jerusalem Post mengakui kesalahan dalam membagikan berita tersebut. Mereka menyatakan, artikel tersebut tidak memenuhi standar editorial dan telah dihapus. "Kami menilai masalah ini serius dan akan mengatasinya secara internal agar kejadian serupa tidak terulang," kata Jerusalem Post. Pernyataan tersebut disusul dengan permintaan maaf dan komitmen untuk menjunjung tinggi standar jurnalistik. Meskipun mereka tidak merinci berita yang dimaksud, pihak Jerusalem Post menegaskan kewajibannya untuk menanggapi kelalaian tersebut. Kontroversi ini muncul di tengah ketegangan di Jalur Gaza, di mana serangan udara Zionis Israel menewaskan setidaknya 32 orang dalam tiga jam setelah masa jeda kemanusiaan berakhir. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengungkapkan kekecewaannya atas kelanjutan serangan Zionis Israel menjajah Bumi Palestina. Ia menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional dan hukum perang. "Cara zionis israel menuntut haknya untuk membela diri itu penting, tetapi juga penting untuk menghormati hukum humaniter internasional dan hukum perang," tegas Borrell.(*) |
||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |