Home / Siak | ||||||
Jaga Kelestarian Gajah Sahabat Manusia, PHR Dukung Infrastruktur dan Makanan Rabu, 30/08/2023 | 23:25 | ||||||
Para mahout di Tahura Minas Siak.(foto: diana/halloriau.com) SIAK - Berbicara tentang hewan yang bertubuh besar dan pintar, tentu kita langsung dapat menebaknya yaitu gajah. Gajah sendiri merupakan satwa herbivora yang mampu makan sampai dengan 300-an kg per hari, dengan konsumsi makan gajah yang sangat banyak, gajah akan membuang kotoran sampai 18 kali per hari. Dari sisa makanan dan kotoran gajah tersebut maka akan membantu penyebaran biji-bijian yang akan tumbuh menjadi pohon-pohon baru di hutan. Di pulau Sumatera, gajah adalah spesies yang luar biasa, namun sayangnya berada di ambang kepunahan. Daftar Merah IUCN telah meningkatkan status konservasi spesies ini dari genting menjadi terancam kritis, karena penurunan populasi setidaknya 80 persen selama 75 tahun terakhir. Mendukung perlindungan dan konservasi satwa liar di Indonesia, khususnya spesies yang terancam punah, adalah salah satu prinsip dalam komitmen PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mendukung program konservasi gajah di Wilayah Kerja (WK) Rokan, Provinsi Riau, dengan operasional utama untuk 10 tahun ke depan pada Pusat Latihan Gajah (PLG) Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yang berada di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarief Hasyim (SSH) di Minas, Kabupaten Siak. "Kami mendukung program konservasi gajah 10 tahun ke depan, Dalam hal ini kami mendukung infrastruktur dan makan gajah," ungkap Social Performance PT PHR, Priawansyah menjelaskan kepada wartawan saat berkunjung ke Taman Tahura Minas beberapa waktu lalu. Di taman Tahura Minas ini, lebih kurang ada 16-17 gajah jinak yang sudah dilatih dimana satu ekor gajah memiliki satu orang Mahout (pelatih gajah), yang akan melatih, bermain dan memberikan kasih sayang, layaknya anak sendiri. Dia mengatakan, di PKG Minas pihaknya memberikan makanan gajah sekitar Rp80 ribu per hari untuk satu ekor gajah. Dengan memberikan makan seperti semangka, nenas dan pelepah sawit serta makanan lainnya yang disukai gajah, yang didatangkan pihak ketiga yang ditunjuk BBKSDA Riau. "Dalam satu tahun biaya makan untuk gajah-gajah yang berada di taman Tahura minas ini yaitu menghabiskan biaya Rp400 juta. Pasalnya gajah merupakan binatang yang aktif makan dan hanya pada saat tidur saja tidak melaksanakan kegiatan tersebut," sebut Priawansyah. PHR juga menunjukkan komitmen yang kuat dalam perannya menjaga keberlangsungan hidup satwa yang dilindungi ini. Agar tidak terjadinya interaksi negatif antara manusia dan gajah. "Salah satu cara kita, agar tidak terjadi adanya interaksi negatif antar masyakat dan gajah liar yaitu dengan memberikan, 'global positioning system collar' atau kalung GPS, yang dikalungkan pada leher kepala-kepala suku gajah, agar dapat terpantau saat melintasi WK rokan mulai dari duri, kabupaten bengkalis hingga minas. Ini juga salah satu cara mendukung kelestarian gajah," sebutnya. Priawansyah mengatakan ada sekitar 70 gajah liar yang terpantau di WK Rokan yaitu di antaranya berada di tiga kantong populasi yang diintervensi PHR bersama RSF dan BBKSDA, yaitu kantong Balaraja, Giak Siak Kecil dan Petapahan Minas. "Untuk saat untuk interaksi negatif dan pemburuan gajah oleh orang yang tidak bertanggungjawab di tiga kantong populasi itu sudah tidak ada lagi, atau sudah zero," ungkap Priawansyah menjelaskan. Kepala Seksi Konservasi BB KSDA Riau Wilayah IV, Azmardi mengatakan, luas Taman Hutan Raya Minas seluas 6 ribu hektare, tetapi yang di PKG seluas 20 hektare, dimana jumlah petugas yang merawat gajah berjumlah 20 orang termasuk juga polisi kehutanan. "Untuk di taman Tahura minas ini, gajah berumur 57 tahun bernama sing arun dan yang termuda umur dua tahun namanya rizki, lahir di sini. Karena dia masih kecil jadi senang berlari ke sana ke sini," ujarnya. Azmardi mengatakan, seluruh gajah di Tahura Minas telah memiliki kepandaian serta terlatih. Bahkan, beberapa ekor gajah tersebut tampak pamer keterampilan dengan bermain bola basket serta hula hoop. "Selain jinak dan memiliki keterampilan, beberapa gajah yang berlokasi di PLG minas tersebut sering diminta untuk menanggulangi konflik antara gajah liar dan manusia. Gajah andalan yang sering diturunkan saat terjadi konflik, diantaranya adalah sing arun," ujarnya. Syahron merupakan salah satu Mahout di PLG Minas mengatakan, dirinya sangat senang menjalin cinta dengan satwa bongsor yang beratnya bisa mencapai enam ton tersebut selama lebih dari 21 tahun lamanya. Ia mengatakan, sebelum ia menjadi Mahout gajah kecil bernama Togar, sebelumnya ia merawat gajah tertua di PLG Minas ini yaitu Sing Arun. Togar ini gajah yang berumur 6 tahun yang dievakuasi dari kawasan lindung konsesi PT Arara Abadi (AA) karena terkena jerat sling di kakinya pada Oktober 2019. Pada saat datang kondisinya sangat mengkhatirkan namun sekarang Togar cukup sangat bagus, sudah terlatih, sudah bisa berinteraksi dengan manusia. "Togar ini saya rawat macam anak sendiri, saya sangat sayang dengar si togar, bahkan saat saya cuti seperti waktu itu, saya rindu sekali dengan si togar ini, karena hampir setiap hari saya habiskan waktu bersama si togar dibandingkan dengan keluarga saya sendiri, jadi kalau jauh dari togar terasa rindunya," ujar pria asal Medan ini. Setiap pagi, ujar Syahron, dirinya membersihkan tempat penangkaran gajah dari kotoran. Sarapan berupa pelepah sawit dan batang pisang dan buah-buahan yang disukai Togar. "Si togar ini paham kalau diajak bercerita dan mengerti apa yang kita katakan. Gajah itu berkomunikasi menggunakan sejumlah cara, termasuk teriakan seperti bunyi terompet (beberapa diantaranya bahkan terlalu rendah untuk didengar manusia), bahasa tubuh, sentuhan, dan bau. Mereka juga dapat berkomunikasi melalui sinyal seismik, yaitu suara yang menyebabkan getaran di bumi dan mendeteksi getaran dengan tulang mereka. Sehingga ia paham yang apa kita katakan," sebut Syahron. Dikatakannya lagi, ia sangat senang dengan pekerjaannya sebagai Mahout, karena ia bisa terhubung dan membantu merawat gajah sumatera, salah satu makhluk yang sekarang bisa dibilang sudah hampir punah. "Inilah upaya kami untuk membantu gajah bertahan hidup dan membantu masyarakat sekitar dalam menghadapi persoalan gajah-manusia. Dengan pekerjaan ini saya banyak belajar tentang spesies menakjubkan ini, banyak ilmu yang menurutnya layak dibagikan sehingga lebih banyak orang akan sadar akan pentingnya menyelamatkan gajah, dan gajah itu Sahabat kita bukan musuh kita," pungkasnya. Penulis: Diana |
||||||
|
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |