Home / Internasional | |||||||||
Cincin Suami Hilang di Amerika, 47 Tahun Kemudian Ditemukan di Finlandia Kamis, 20/02/2020 | 07:03 | |||||||||
Cincin penuh kenangan JAKARTA - Seorang wanita asal Amerika kehilangan cincin sekolah menengahnya. Cincin tersebut hilang di Maine, Portland, tahun 1973. Namun, 47 tahun kemudian, cincin itu ditemukan di hutan di Finlandia. Debra McKenna kehilangan barang itu di Portland ketika dia masih duduk di bangku sekolah menengah Morse. Dia mengatakan, cincin itu sebenarnya sudah sangat terlupakan, sampai seorang detektor logam menemukannya terkubur di bawah tanah sedalam 20 cm di sebuah taman hutan Finlandia, 47 tahun kemudian. Cincin itu milik almarhum suami McKenna, Shawn, yang ia kencani sejak zaman sekolah menengah dan kampus. Pasangan ini menikah selama 40 tahun, sampai Shawn meninggal pada 2017. Shawn memberikan cincin itu sebelum ia lulus dan pindah ke perguruan tinggi. Dan McKenna tak sengaja meninggalkan cincin itu di department store. McKenna mengatakan dia menangis ketika cincin itu sampai ke rumahnya di Brunswick minggu lalu. "Ini sangat menyentuh, di dunia yang penuh negatif ini, ada orang-orang yang mau meneruskan dan mengusahakan," kata McKenna, dilansir The Guardian. Cincin logam tersebut ditemukan oleh seorang pekerja lembaran logam, Marko Saarinen. Saat itu ia sedang menggunakan detektor logam di sebuah taman di Kaarina, sebuah kota kecil di barat daya Finlandia, dan tak sengaja menemukan cincin itu. Dia kemudian memperhatikan tulisannya "SMA Morse" dan menghubungi asosiasi alumni sekolah tersebut. Di cincin itu juga tertulis tahun 1973 yang berarti tahun kelulusan dan inisial 'SM' yang diidentifikasi milik Shawn. Hal yang membuat sedih McKenna tentunya adalah kenangan di balik cincin tersebut. Apalagi cincin itu milik mendiang suaminya. Bicara soal kenangan, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kenangan indah lebih bertahan lama di dalam otak daripada kenangan buruk. Kondisi ini disebut Fading Effect Bias (FAB). FAB digambarkan dengan kondisi di mana orang akan cenderung mengingat keseruan liburan yang mereka jalani selama beberapa hari kemarin, tapi mereka melupakan penerbangan yang panjang dan rasa lelah selama di perjalanan. Ternyata Fading Effect Bias (FAB) terjadi pada setiap orang lho, tak peduli apapun latar belakang dan kulturnya. "Studi ini menunjukkan bahwa makin cepat kenangan buruk menghilang (dari ingatan), ini membantu individu untuk memproses hal-hal negatif yang pernah ia rasakan. (Dengan berbekal memori positif) ia juga bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sembari tetap berpikir optimis pada kehidupan," ujar peneliti, Timothy Ritchie dari University of Limerick, Irlandia dikutip dari BBC.(*)
|
|||||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |