Home / Traveling | |||||||||
Fakta-fakta Bouvet: Pulau Antah Berantah Paling Terpencil di Dunia Jumat, 31/01/2020 | 19:51 | |||||||||
Pulau Bouvet BOUVET - Sebutan pulau antah berantah layak disematkan pada Bouvet. Inilah pulau di ujung selatan Bumi, jauh dari mana-mana! CNN Travel pernah melansir 'World's 7 Most Dangerous and Remote Islands' yang artinya 7 pulau paling berbahaya dan terpencil di dunia. Salah satunya yang menarik dibahas dan mungkin belum banyak orang tahu adalah Pulau Bouvet. Mari simak 7 fakta dari Pulau Bouvet ini: 1. Di bagian selatan Samudera Atlantik Dilihat pada peta, Pulau Bouvet berlokasi di bagian selatan Samudera Atlantik. Berjarak 1.000 km dari Kutub Selatan, serta lebih dari 3.000 km dari daratan Argentina dan Afrika Selatan. Itu sudah cukup menjadikannya sebagai tempat terpencil di dunia. Pulau ini pun tidak dihuni manusia! 2. Apa arti 'Bouvet'? Dalam penjelasan di situs South Pole yang merangkum berbagai ekspedisi pelaut dunia dalam pelayaran menjelajahi Kutub Selatan, Pulau Bouvet pertama kali ditemukan oleh seorang pelaut Prancis, Jean-Baptiste Charles Bouvet de Lozier. Tahun 1738 dia menawarkan diri untuk menjelajahi bagian selatan Bumi kepada pemerintah Prancis. Tujuannya, untuk mencari daratan baru yang tentu saja bisa dikuasai dan dijadikan koloni. Permintaannya dikabulkan, Jean-Baptiste pun dimodali dua kapal yang bernama Aigle dan Marie. Perjalanannya pertama-tama dari Prancis menuju ke Brasil. Lalu dari sana, dia berangkat pada bulan Juli 1738 dan tiba di Pulau Bouvet pada bulan Desember 1739. Dari cerita perjalanan Jean-Baptiste, kala itu krunya melihat daratan luas yang pinggiran pulaunya adalah tebing-tebing es. Setelah mengelilingi pulaunya, Jean-Baptiste dapat bertemu pantai dan mencoba untuk menetap selama mungkin. Di sana pula, Jean-Baptiste bersama kru kapalnya melihat penguin. Dia menuliskan, 'mahluk amfibi yang terlihat lebih besar daripada bebek tapi memiliki sayap bukan sirip'. Masih banyak yang mau dijelajahi, tapi sayang waktunya tidak banyak. Persedian makanan menipis dan banyak kru kapal yang sakit. Ditambah suhu yang setiap hari sangat dingin, hujan es dan badai salju, membuat kondisi makin buruk. Satu bulan menetap di pulaunya, Jean-Baptiste kembali pulang ke kampung halamannya. Dia pun meminta maaf kepada pemerintah Prancis dan bilang, kalau pulau yang ditemuinya sangat tidak layak untuk dihuni. Hanya tanah dan batu, tidak ada tumbuhan dan tidak banyak hewan. Setelah itu, hampir 100 tahun lebih belum ada penjelajah yang mendatangi pulau yang akhirnya diberi nama Pulau Bouvet (sesuai nama si Jean-Baptiste Charles Bouvet de Lozier). Barulah di tahun 1822, pelaut asal Amerika bernama Benjamin Morrell datang lagi ke sana. Kemudian, pelaut asal Inggris George Norris juga pernah mampir ke Pulau Bouvet di tahun 1825. Tapi para pelaut-pelaut itu, ternyata tidak tertarik untuk mendaulat Pulau Bouvet sebagai bagian negaranya. Hingga pelaut asal Norwegia, Harald Horntvedt datang ke sana di tahun 1927 dan mendeklarasikan Pulau Bouvet sebagai bagian negara Norwegia hingga saat ini.(*) |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |