Home / Otonomi | ||||||
Kepala BNPB: Riau Bisa Terbebas Asap Bila Perilaku Masyarakat Berubah Selasa, 05/11/2019 | 14:07 | ||||||
Kepala BNPB RI Letjen Donni Munardo PEKANBARU - Kepala BNPB RI Letjen Donni Munardo memberi Kuliah Umum pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Riau (Unri), Selasa (5/11/2019). Kuliah Umum ini mengangkat tema "Solusi Permanen Bencana Asap Sekaligus Penyelesaian Akar Masalah Bencana Asap di Provinsi Riau". Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) RI Letjen Donni Munardo menyampaikan apa yang harus dilakukan supaya Riau bisa terbebas dari asap. Menurutnya, saat ia datang pada tanggal 5 Februari lalu, ia merasa senang diajak ke Kantor BPBD, karena BPBD Riau semangat dalam membebaskan Riau dari asap. "Tapi yang jadi masalah di sini, saya melihat yang memiliki kontribusi dan semangat untuk membebaskan Riau dari asap hanya BPBD Riau saja. Lalu apa kontribusi kita orang perorang agar dapat membebaskan Riau dari asap?" tanyanya. Untuk membebaskan Riau dari asap, lanjutnya, tidak bisa hanya bergantung pada Kepala Daerah, BPBD Riau dan Satgas saja, tetapi harus ada dukungan dari seluruh pihak. "Makanya ke depan untuk adik-adik mahasiswa supaya bisa ikut andil dalam membebaskan Riau dari asap atau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kalau perlu nanti sewaktu program KKN usulkan kepada Rektor dan Dosen Pembimbing untuk memprioritaskan bagaimana bisa mengajak masyarakat supaya tidak ada lagi yang membakar," sebutnya. Ditambahkannya, berbicara membakar adalah bicara manusia, untuk merubah kebiasaan ini dibutuhkan sebuah komitmen yaitu merubah perilaku. Bila belum bisa merubah perilaku atau kebiasaan masyarakat yang melakukan pembakaran lahan dan hutan, maka masyarakat Riau akan sulit mengatasi asap ini. "Perubahan perilaku ini juga membutuhkan support semua pihak termasuk stake holder. Baik Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Budayawan. Semuanya harus kita ajak dan ikut sertakan. Semoga seluruh masyarakat yang ada di daerah-daerah itu memiliki kesadaran dan mau merubah perilakunya serta dapat menimbulkan kepeduliannya terhadap hutan," terangnya. Dijelaskannya lagi, mengapa pada tahun ini kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) lebih masif dibanding tahun 2016, 2017 dan 2018. Ini juga tidak terlepas dari fenomenal alam. "Jadi dari sejumlah penelitian baik dari Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya menunjukkan bahwa tahun ini (2019) temperatur terpanas sejak ditemukannya alat pengukur suhu udara," terangnya. "Pada tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan mencapai 2,6 juta hektare. Tahun 2016 dan 2017 terjadi penurunan. Namun tahun ini naik lagi menjadi 857 ribu hektare lahan dan hutan yang terbakar. Data ini baru sampai pada bulan September," pungkasnya. Penulis : Rivo Wijaya Editor : Fauzia |
||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |