Home / Hukrim | |||||||||
Perjuangan Bocah 8 Tahun Korban Penculikan, Selamatkan Diri dari Penyekapan di Hutan Karet Kamis, 28/03/2019 | 20:59 | |||||||||
Pelaku penculikan. SIAK - RSG (8) tahun, warga Bunga Raya, Kecamatan SIAK merupakan korban penculikan anak di bawah umur. Ia harus berjuang sendiri untuk menyelamatkan diri dari penculiknya saat disekap di Hutan Karet. Diceritakan RGS saat ditemui wartawan, Kamis(28/3/2019) di kediamannya, ia mengatakan bahwa dirinya berjalan kaki selama 5 jam dari hutan karet yang berada di Kecamatan Siak Desa Tumang. "Waktu itu aku berusaha membuka ikatan kakiku dan akhirnya lepas. Setelah itu aku berusaha melepaskan ikatan di tanganku sambil berjalan mencari rumah warga. Gak ingat jam berapa saat itu. Sempat juga aku istirahat di jalan aspal. Setelah itu lanjutkan perjalanan untuk mencari rumah warga. Aku bilang ke ibu itu, numpang istirahat," ceritanya. Setelah itu, lanjut RGS, dari rumah yang ia tumpangi keluar seorang pria. Kemudian ia baru dibawa ke rumah Kepala Desa. Saat ditanya, bagaimana ia bisa ikut dengan pelaku yang bernama Deni (36), RGS menceritakan, pelaku pada saat itu mengatakan bahwa anak tiri pelaku yang bernama YN (12) ingin bermain dengan dirinya. "Aku biasa bermain dengan Kak YN di rumah ini. Pas Om Deni bilang kalau Kak YN sudah nunggu di tepi jalan, makanya aku ikut aja," ujarnya dengan polos. Pada saat itu memang ternyata anak tiri pelaku YN menunggu di persimpangan jalan. Bersama dengan YN, RGS dibonceng dengan menggunakan sepeda motor Revo tanpa nomor plat polisi. Pelaku membawa mereka ke daerah Siak. Setibanya di Siak, YN dan RGS ditinggal di tepi jalan dengan alasan pelaku ingin mengambil baju. "Aku tidak tahu kak di mananya. Tapi agak lamalah Om Deni ninggalin aku sama Kak YN. Setelah itu kami dibawa lagi. Dan setelah itu mataku ditutup dan mulut ditutup pakai lakban. Sampai di tempat itu baru kaki ku diikat pakai tali kak," sebutnya. Ia mengatakan, ia di tempat itu ditinggalkan sendirian. Pelaku dan YN pergi meninggalkannya dan tidak kembali. "Sebelum Om Deni pergi dia bilang ke aku kalau sebenarnya dia sayang sama aku, tapi dia sakit hati sama Bapak. Itu kata dia terakhir sebelum dia ninggalinku sendiri," ungkapnya dengan wajah tenang, dan santai. Saat ditanya wartawan, apakah ia pada saat itu menangis ditinggal di hutan sendirian, dia mengatakan tidak. Begitu juga ia mengatakan tak takut berjalan kaki sendirian di tengah hutan karet. "Aku gak takut kak, aku cuma kepikiran dapat rumah warga dan bisa diantar pulang ke rumah," ujar murid SD kelas 3 di Bungaraya ini. Sementara itu orang tua korban Jailani (50) mengatakan bahwa ia tahu anaknya dibawa kabur saat ada laporan dari teman RGS yang mengatakan kepada istrinya kalau anaknya dibawa oleh Deni dengan menggunakan motor. "Ia waktu itu akan pergi mengaji bersama teman-emannya di masjid yang tidak jauh dari rumah. Dan memang sudah biasa dilakukannya setiap hari. Mendapatkan laporan dari temannya itulah saya yang lagi di luar segera pulang ke rumah dan segera melaporkan hal ini ke Kantor Polisi terdekat," sebutnya. Setelah itu menurutnya, pada pukul 23.00 WIB ia mendapatkan SMS dari pelaku bila ingin anaknya selamat, maka dia harus menyediakan uang Rp100 juta untuk tebusan. "Pelaku SMS saya, bilang kalau anak saya ada bersamanya. Dan kalau ingin anak saya selamat, maka sediakan uang Rp100 juta sebagai tebusan. Dan mengatakan jangan lapor polisi," sebut Jailani menceritakan isi SMS pelaku. Saat ditanya wartawan apakah ada unsur sakit hati antara pelaku dengan dirinya, Jailani menjawab dia merasa tidak pernah menyakiti pelaku selama ini. Pelaku tinggal di samping rumahnya yang masih miliknya. "Dia saya tampung di rumah ini. Karena memang dia datang minta bantuan kepada saya. Karena kasihan, maka saya menyuruhnya berserta istri dan anaknya tinggal di sebelah rumah ini. Itupun tidak bayar, " ujarnya. Seingat Jailani, kemungkinan sakit hati yaitu pada saat pelaku menawarkan sepeda motor miliknya yang akan dijual ke Jailani. "Dia menawarkan motor kepada orang kampung ini, dijual dengan harga Rp2,5 juta, namun orang kampung minta Rp2 juta, dia gak mau. Lalu nawarkan kepada saya, lalu saya tawar dengan harga Rp2, 250 ribu, dia gak mau. Dan bilang manalah cukup uang segitu untuk biaya pulang kampung untuk 3 orang. Karena itu gak jadi saya beli motornya. Mungkin itulah buat dia sakit hati," papar Jailani. Menurut Jailani hubungannya dengan pelaku selama ini sangat harmonis, tidak ada sedikitpun unsur yang membuat pelaku sakit hati. "Waktu dia mau pindah dan ingin balik pulang kampung, Selasa(26/3) lalu diapun pamitan kepada kami. Jadi awalnya tidak ada kecurigaan sama sekali. Namun setelah laporan anak-anak itulah dan anak saya gak pulang ke rumah sampai jam 9 malam barulah saya lapor ke polisi," ungkap bapak 4 orang anak ini. Sementara itu Kapolsek Bungaraya AKP Zulkifli Ahmad mengatakan bahwa pelaku ditangkap pada Kamis(28/3) pukul 09.00 WIB di Kecamatan Tualang. "Ia ditangkap bersama dengan anaknya YN. Ini sesuai dengan laporan warga yang melihat pelaku berada di sana. Saat ini pelaku dan anaknya berada di Polres Siak untuk dimintai keterangan lebih lanjut terhadap kasus penculikan yang dilakukannya," pungkasnya. Penulis : Diana Sari Editor : Fauzia
|
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |