Home / Property | |||||||||
Konsultan: Pasar Properti Asia Masih Menantang di 2019 Selasa, 29/01/2019 | 10:48 | |||||||||
Properti. JAKARTA - Konsultan properti, Colliers International menilai pasar properti Indonesia masih membutuhkan waktu untuk memulihkan diri. Kendati demikian, investasi asing dan lokal dinilai tetap bisa mengambil momentum investasi jangka panjang.
Executive Director of Asia Colliers International Andrew Haskins menyebut perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dikhawatirkan berdampak pada AS, China, hingga Hong Kong dan Singapura. Kendati demikian, ia menyebut masih ada kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di pasar properti Asia. "Pasar properti Asia masih menantang pada 2019, tetapi kesempatan tetap ada bagi investor," kata Executive Director of Research in Asia Colliers International, Andrew Haskins dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin (28/1/2019). Ia berpendapat bahwa masih ada kesempatan bagi investor properti seperti di aset perkantoran Tokyo, Singapura dan Bangalore (India), serta aset logistik yang terdapat di sejumlah daerah di China. Sementara pasar properti di Indonesia, menurut dia, masih membutuhkan waktu untuk pulih. Namun, investor dapat memanfaatkan momentum saat ini untuk berinvestasi jangka panjang di sektor properti. Untuk Indonesia, kajian Colliers menyatakan pasar properti masih membutuhkan waktu untuk memulihkan diri, tetapi aktivitas investasi asing dan lokal dikabarkan mengambil momentum guna proyek jangka panjang. Sebelumnya, Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan pertumbuhan sektor properti nasional mencapai 10 persen pada 2019. Sektor properti diyakini tumbuh seiring relaksasi yang diberikan oleh pemerintah maupun BI di sektor properti. "Kami menargetkan (sektor properti) tahun ini tumbuh 10 persen secara merata keseluruhan," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) REI Paulus Totok Lusida, dikutip antara. Paulus juga memperkirakan bahwa rumah baik rumah tapak maupun rumah susun (apartemen) dengan harga di bawah Rp2 miliar akan diminati konsumen pada tahun 2019 ini. "Jadi untuk yang di atas itu meskipun terdapat relaksasi dari perpajakan, namun kelihatannya minat konsumen masih di bawah harga tersebut," terang dia. (*) |
|||||||||
|
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |