Home / Pekanbaru | |||||||||
Segenggam Rasa Ikhlas dari Jalan Kopi Minggu, 23/12/2018 | 11:44 | |||||||||
Mahasiswa UMRI berphoto bersama di Kawasan Proklim di Kampung Berseri Astra. Foto : Istimewa Oleh: Andy Indrayanto Siapa yang menyemai benih, dialah yang akan memanennya kelak. Jika menyemai kebaikan maka akan memanen yang terbaik pula, sebaliknya jika buruk yang disemai maka otomatis hasilnya pun tak akan menjadi baik. Falsafah hidup ini sepertinya tak pernah lepas dari perjalanan hidup seorang anak manusia bernama Achenk Mirshal (51). Berawal dari segenggam rasa ikhlas, dialah yang membuat seruas Jalan Kopi di Kota Pekanbaru menjadi daerah satu-satunya di Bumi Lancang Kuning yang terpilih menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra. Ini adalah ceritanya soal rasa ikhlas yang akhirnya berbuah manis... Bila suatu saat menjejakkan kaki di Pekanbaru, singgahlah ke sebuah ruas jalan bernama Jalan Kopi yang berada di Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Jalan itu berada di salah satu ruas jalan utama Kota Pekanbaru yakni Jalan Harapan Raya. Jaraknya hanya kisaran 5 Km dari Bandara Sutan Syarif Qasim, dan beberapa ratus meter dari media harian yang menjadi Grup Kompas. Memasuki Jalan Kopi, nanti kita akan bertemu dengan persimpangan Jalan Merica. Sampai situ, rasakan lah perbedaan udaranya. Pekanbaru yang berhawa panas dan gerah, seolah-olah sirna jika kita sudah berada di daerah tersebut. Semilir angin, hembusan dedaunan serta gemeretak ranting yang beradu, masih nyata terdengar. Suasana asri pedesaan begitu terasa, dan rerimbunnya dedaunan membuat matahari Pekanbaru yang menyengat hanya mampu menembus di sela-sela dedaunan. Padahal lokasi ini tergolong berada di tengah Kota Pekanbaru. Kala Riau mengalami kabut asap yang parah di tahun 2015, masyarakat di sekitar Jalan Kopi masih bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa. Bahkan anak-anak masih bisa bermain di luar rumah tanpa harus khawatir terkena paparan langsung dari asap. Banyaknya pepohonan dan bunga-bunga membuat paparan asap tertahan di pepohonan. "Waktu ada kejadian kabut asap, alhamdulillah, masyarakat sini masih bisa melakukan aktivitasnya. Bahkan anak-anak biasa saja bermain di luar," terang pelopor cikal bakal berdirinya Kampung Berseri Astra (KBA) Indah Madani, Achenk Mirshal (51), pada Halloriau.com, pertengahan November lalu. Namun jangan bayangkan suasana asri pedesaan yang ditumbuhi pepohonan serta bunga-bunga yang menyegarkan mata itu terjadi tiba-tiba. Perlu waktu bertahun-tahun seorang Achenk mendedikasikan waktu dan tenaganya guna menyulap daerah tersebut yang tadinya gersang hingga menjadi seperti sekarang ini. Ada cibiran, sindiran bahkan mungkin tatapan sinis dari masyarakat ketika di tahun '98 Achenk memulai semuanya. Hanya niat ikhlas saja yang membuat suasana di Jalan Kopi kini berubah 180 derajat. Awal mulanya di tahun 2014, seruas Jalan Kopi itu terpilih menjadi Kawasan Proklim yang dibina oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekanbaru. Kala itu, kawasan tersebut sudah hijau berkat tangan dingin Achenk yang mulai menanam berbagai pohon dan bunga sejak tahun '98. Keindahan ruas jalan yang dipenuhi berbagai macam tanaman, membuat rasa nyaman tersendiri bagi masyarakat sekitar. Lingkungan yang sehat diwujudkan Achenk di daerah tersebut, dibalut rasa ikhlas dalam mencintai lingkungan. Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2017, tiba-tiba datang perwakilan PT Astra International ke daerah tersebut dan menemui Achenk. Rupanya, perwakilan PT Astra itu, Wahyono, sudah mendapat rekomendasi sebelumnya dari DLHK Kota Pekanbaru. Kedatangan Wahyono selaku perwakilan PT Astra adalah untuk meninjau daerah tersebut yang direkomendasikan menjadi calon Kampung Berseri Astra (KBA), sebuah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang didirikan oleh Taipan William Soeryadiraja itu. Di titik inilah, jerih payah yang bermula dari rasa ikhlas yang dimiliki Achenk menunjukkan hasilnya. "Niat saya dulu ikhlas saja hanya ingin merubah daerah ini tidak gersang, cuma itu gak ada yang lain. Kalau kemudian daerah ini terpilih menjadi Kawasan Proklim kemudian jadi KBA yang dibina PT Astra, itu sudah di luar harapan dan mimpi awal saya dan saya anggap sebagai bonus saja," tutur Achenk memulai ceritanya pada Halloriau.com. Katanya, saat dirinya pindah di Jalan Kopi di tahun 1998, daerah tersebut terbilang gersang. Hawa panas Pekanbaru makin melengkapi kegersangan itu. Timbullah niat dalam diri Achenk untuk menanam pepohonan di daerah tersebut. Achenk merealisasikan niat itu seorang diri saja. Kecintaannya pada lingkungan dan rasa ikhlas yang dimiliknya makin membulatkan tekadnya untuk mewujudkan niatnya itu. Dan rasa itu mengalahkan semuanya; mengalahkan cibiran, tatapan sinis bahkan sindiran yang merujuk pada pencitraan diri. Juga pada sikap warga di daerah tersebut yang masih apatis dengan apa yang dilakukannya. "Tapi saya cuek saja, toh niat saya ikhlas kok. Jadi gak ada beban menjalaninya," ujarnya. Achenk percaya jika seseorang itu ikhlas menjalani sesuatu yang ditekuni, maka niat dan kerja kerasnya takkan menipu hasil. Tanpa disangka dan diduga sebelumnya, di tahun 2014, keikhlasan Achenk menunjukkan hasilnya. Terpilihnya daerah tersebut menjadi Kawasan Proklim oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekanbaru adalah buah nyata dari kerja keras dan keikhlasannya selama ini. Pembinaan dari DLH kota Pekanbaru ini memiliki arti penting bagi Achenk. Karena dari titik itulah, selain diterima berbagai bantuan berbentuk alat-alat bercocok tanam seperti perangkat hidroponik, bor biopori dan alat pembuat kompos. Hal yang terpenting lainnya adalah mulai timbulnya kesadaran warga sekitar akan pentingnya menjaga lingkungan dimana mereka tinggal. "Hal-hal seperti itu yang tak bisa tergantikan apapun. Saat kita berhasil membuktikan pada orang-orang, dan kemudian mereka tertulari 'virus' untuk bersama-sama menjaga lingkungan sekitar, itu yang tak bisa dibeli oleh apapun," kata laki-laki yang menjabat sebagai Redaktur Photo di media terkemuka di Riau ini. Pekerjaan selanjutnya kemudian menjadi lebih mudah lagi bagi Achenk. Karena saat itu, tanpa harus disuruh, warga mulai menunjukkan kepeduliannya dengan menanam berbagai pohon dan bunga di halamannya masing-masing. Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan, minimal di lingkungannya sendiri, mulai tertanam dibenak warga. Meski telah mendapatkan sebutan kawasan pro iklim bagi daerah tersebut, keikhlasan Achenk terus mengalir bagai air. Mimpi dan harapan yang tak pernah terukir, perlahan namun pasti mampu melebihi dari apa yang diinginkannya. Ekspektasi dari keikhlasan takkan mengkhianati sebuah proses. "Saya ikhlas saja, tak pernah terpikir uang yang telah saya keluarkan harus kembali. Jadi ketika daerah ini telah dinobatkan menjadi Kawasan Pro Iklim, fokus kita kemudian pada pembenahan-pembenahan," ujarnya. Pembenahan di sini, menurutnya, lebih menekankan pada pentingnya menanamkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Karena menurutnya, kesadaran menjaga lingkungan lebih memiliki nilai dibanding kegiatan seremonial yang sifatnya tentatif. "Kegiatan gotong royong, misalnya, kalau dulu hanya sesekali tapi sejak daerah ini dijadikan Kawasan Pro Iklim, kita jadikan agenda rutin. Warga pun makin banyak yang ikut terlibat. Dan dengan melakukan kegiatan gotong royong secara rutin, alhamdulillah, dalam tiga tahun terakhir ini tak ada masyarakat yang terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)," katanya. Persoalan mindset seperti ini yang harus dirubah dari masyarakat. Ada persepsi yang salah selama ini di masyarakat yang menyatakan bahwa fogging adalah sebuah solusi. Padahal fogging hanya mampu membunuh nyamuk DBD dewasa saja sedangkan jentik-jentik nyamuknya justru tak mati. Tapi menjaga kesadaran lingkungan pada masyarakat dengan melakukan kegiatan gotong royong secara rutin, membuang sampah ditempatnya dengan tidak menggantungkan lagi sampah di pohon. Tidak menjadikan pohon sebagai obyek penderita bagi kepentingan-kepentingan untuk iklan apalagi sebagai ajang kampanye, adalah pembenahan-pembenahan yang dilakukan oleh Achenk. "Hal-hal seperti ini yang kita fokuskan untuk pembenahan sebelum kawasan ini dilirik oleh PT Astra menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Intinya, kesadaran dalam menjaga lingkungan," ujarnya. Tiga tahun kemudian, kembali keikhlasan yang dirasakan oleh Achenk menghampiri. Hal ini bermula saat perwakilan dari PT Astra menemui Dinas Lingkungan Hidup, & Kehutanan (DLHK) Kota Pekanbaru untuk meminta rekomendasi soal program yang dimiliki perusahaan tersebut yakni KBA sebagai wujud dari program CSR PT Astra. "Nah, orang dari DLHK merekomendasikan nama saya dan kawasan ini. Kemudian perwakilan dari PT Astra itu datang ke lokasi ini dan melihat-lihat kondisi dan lingkungan di Jalan Kopi ini," kenang Achenk. Tanpa menunggu lama, lagi-lagi berkah yang berawal dari keikhlasan Achenk membuat daerah tersebut menjadi hijau, kembali berbuah manis. Tak kurang dari satu bulan, PT Astra memutuskan ruas Jalan Kopi yang berada di RW 04/04, Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru ini terpilih menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Tapi sebelum KBA yang berada di Pekanbaru, Riau, itu diresmikan, Achenk terlebih dahulu melakukan studi banding ke Binjai, Medan. Stuban ini dimaksudkan guna menambah wawasan, pengetahuan sekaligus pemahaman bagi Achenk mengenai pengertian dari KBA itu sendiri. Di sinilah, kecintaan Achenk pada lingkungan sehingga melahirkan keikhlasan pada dirinya untuk membuat daerahnya menjadi hijau, bagai menemukan momentumnya. Pasalnya, dari hasil stuban itu Achenk bisa mengambil kesimpulan jika konsep KBA PT Astra tak jauh berbeda dengan Kawasan Proklim yang kini tengah disandangnya. Baik program KBA maupun kawasan proklim tujuan akhirnya adalah sama yakni mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif. Dan untuk soal itu, sedari awal menanam pohon di daerah tersebut, memang itulah tujuannya. "Cinta saya pada lingkungan membuat saya ikhlas harus berbuat sendiri dulu mewujudkan lingkungan yang sehat. Mungkin di belakang saya pasti ada yang mencibir, tapi saya jalani saja terus karena saya berbuat ini tanpa ada yang nyuruh, jalani saja dengan keihlasan," katanya. Pemilihan Kampung Proklim yang dibidani oleh Achenk, kemudian menjadi KBA ini bukanlah tanpa alasan dan sebab. Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri di tahun 1957 ini, Kampung Berseri Astra merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan & Kewirausahaan. Melalui program KBA ini, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra. "Tanggal 29 Oktober 2017 adalah kick off atau peresmian daerah ini menjadi KBA Indah Madani. Sejak saat itu, kami mendapat binaan dari PT Astra," kata Achenk, mengenang kembali babak bersejarah dalam salah satu bagian hidupnya. Pada saat kick off itu, KBA Indah Madani baru mendapatkan bintang satu sebagai tingkatan pencapaian status. Satu tahun kemudian, pencapaian status di KBA Indah Madani naik dua tingkat menjadi bintang 3. KBA Indah Madani sendiri merupakan KBA ke 50 yang dipilih oleh PT Astra International untuk area Pekanbaru. Pemilihan Jalan Kopi menjadi satu-satunya KBA di Pekanbaru pertimbangannya dikarenakan daerah tersebut telah memiliki 3 pilar dari 4 pilar konsep pengembangan sebuah KBA. Saat KBA yang bernama Indah Madani itu terpilih, di daerah tersebut telah memiliki tiga pilar yakni pilar pendidikan dengan adanya sekolah Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA), untuk pilar kesehatan daerah tersebut telah memiliki Posyandu yang rutin melakukan pelayanan kesehatan ke masyarakat satu bulan sekali, dan untuk pilar lingkungan tak perlu ditanya lagi karena daerah tersebut telah menjadi Kawasan Proklim dari DLHK Kota Pekanbaru. Sedangkan untuk pilar wirausaha yang tujuannya memberdayakan masyarakat setempat, sebuah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan produk sabun cuci piring merk Sabun Cair Madani yang dipelopori Achenk di pertengahan Juli 2018 telah berhasil menggerakkan ibu-ibu yang berada di daerah tersebut untuk sama-sama berwirausaha. "Alhamdulillah, sabun cuci piring yang kita namakan Sabun Cair Madani ini prospeknya bagus. Kita menjual 300-400 liter tiap bulannya, dengan botol ukuran 1 liter dan dijual Rp 9.000," kata Achenk. Untuk pembuatan sabun cuci ini, lanjutnya, Achenk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang. Artinya, tenimbang ibu-ibu itu melakukan hal-hal tak berguna maka oleh Achenk ibu-ibu tersebut diberdayakan semaksimal mungkin. Selain dapat mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat, ibu-ibu itu juga mendapat penghasilan tambahan dari hasil penjualan sabun cair. Pemasaran sabun cair Madani ini sendiri sudah menjangkau ke tiap warga, warung-warung dan kafe di sekitar wilayah tersebut. Bahkan tak tanggung-tanggung, dalam suatu kesempatan bertemu dengan Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, beliau malah mempromosikan sabun cair tersebut dan mengharapkan agar para SKPD yang ada di lingkungan Kota Pekanbaru menggunakan sabun cair Madani ini. "Alhamdulillah, Pak Wakil Walikota apresiasi dengan hasil UMKM ini malah mempromosikan agar SKPD di lingkungan Kota Pekanbaru menggunakan sabun cair ini sebagai sabun pencuci piring," kata Achenk tanpa bermaksud membanggakan diri. Diakui Achenk bahwa dirinya makin memiliki keberanian untuk melakukan berbagai inovasi setelah daerah ini ditahbiskan menjadi KBA Astra. Di bawah binaan dan dukungan PT Astra, sebagai kader penggerak, Achenk makin memiliki kepercayaan diri dalam mengaplikasikan inovasi serta terobosan-terobosan yang akan makin memperkokoh KBA Indah Madani itu sendiri. "Kita tak ingin menyia-nyiakan apa yang telah diberikan oleh PT Astra dalam membina KBA ini. Selagi itu masih dalam kriteria pengembangan KBA, saya yakin Astra pasti akan mendukung ide-ide kami," tandas Achenk yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Raya. Berkah dari ini juga yang membuat Achenk kini didaulat untuk membina 5 kelurahan dalam berwirausaha khususnya dalam membuat sabun cuci piring. Ini menandakan bahwa wirausaha yang pada awalnya untuk memenuhi kriteria empat pilar dalam sebuah KBA, akhirnya menjadi sebuah inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk bersama-sama melakukan sebuah Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM). Tak hanya itu, 35 anak yang berasal dari keluarga tak mampu di daerah tersebut kini bisa menikmati beasiswa yang diberikan oleh PT Astra. Selain itu, posyandu yang menjadi salah satu dasar dari empat pilar sebuah KBA terwujud telah memakai alat-alat digital yang lebih memudahkan para pelayan kesehatan bekerja. Di lokasi KBA Indah Madani, saat ini juga sudah berdiri bangunan perpustakaan yang dibangun oleh PT Astra sebagai buah dari keikhlasan Achenk membuat daerah tersebut menjadi hijau. Di sela-sela rumah penduduk juga tampak tanaman-tanaman hidroponik yang membuat daerah ini terlihat semakin hijau. Sejauh mata memandang, keasrian dan kenyamanan begitu nyata terasa. Sengatan matahari Pekanbaru tertahan sengatannya oleh rimbunnya pepohonan yang berada di sekitar daerah itu. "Kalau sekarang KBA Indah Madani sudah memenuhi empat pilar, itu semua berkat kerja keras masyarakat di daerah ini. Sebagai kader penggerak, saya hanya menjaga saja agar setiap masyarakat tetap konsisten dalam menjaga lingkungan. Karena biasanya mudah untuk meraih gelar juara, tapi yang sulit adalah mempertahankannya," kata Achenk sedikit berfilosofi. Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Astra Grup Riau, Taufik Ramadhani, dikonfirmasi soal KBA Indah Madani, awal Desember lalu, menyampaikan apresiasinya atas kegigihan dan keuletan Achenk sebagai kader penggerak di kawasan tersebut hingga terwujud KBA di daerah itu, sebagai bentuk aplikasi dari program CSR PT Astra. "Progressnya sungguh membanggakan, saya apresiasi dengan Pak Achenk yang begitu gigih dan konsisten dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Keikhlasan yang menjadi modal dasar Pak Achenk dalam mencintai lingkungan, disadari atau tidak, menjelma menjadi harapan dan keinginan masyarakat Riau akan sebuah lingkungan yang sehat," paparnya. Apalagi tahun ini, KBA Indah Madani yang baru satu tahun lebih kick off sudah bisa mendapatkan bintang tiga untuk capaian status sebuah KBA. Ini artinya, bahwa telah terjadi transformasi yang begitu cepat di daerah tersebut sehingga empat (4) pilar yang menjadi kriteria utama sebuah KBA berdiri telah tiga terpenuhi. "Bahkan tahun ini, KBA Indah Madani masuk sebagai 10 finalis KBANnovation yang digelar di Denpasar bulan lalu. Masuknya KBA Indah Madani menjadi finalis KBANovation dinilai dari progress semua pilar yang progressnya begitu pesat. Kita berharap, tahun depan KBA Indah Madani terus memperkuat pilar-pilarnya agar semakin kokoh sehingga bisa melahirkan KBA-KBA lainnya di Provinsi Riau dan menjadi juara di KBANnovation berikutnya," ujar laki-laki kelahiran Tasikmalaya ini. Saat ini, lanjutnya, Kampung Berseri Astra Indah Madani sudah menjadi kampung percontohan untuk masyarakat dari berbagai daerah di dalam dan luar Provinsi Riau. "Dan kita sangat mendukung segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh KBA Indah Madani," tandasnya. Kerja keras memang takkan pernah membohongi hasil. Itulah kini yang dirasakan oleh Achenk ketika beberapa tahun lalu memulai semuanya dengan keikhlasan. Berkat kesabaran dan ketekunannya dalam mencintai lingkungan, masyarakat di wilayah tersebut dapat menikmati jerih payah yang dibangun Achenk bertahun-tahun. Sebuah keberhasilan ibarat 'virus', ia akan secara alamiah menyebar dan menulari jiwa-jiwa yang tergerak untuk bersama-sama mencintai dan menjaga lingkungan sekitarnya. Bagi PT Astra sendiri, KBA merupakan implementasi dari CSR perusahaan yang diaplikasikan melalui program yang sifatnya mengajak masyarakat secara kolektif untuk bersama-sama melakukan perubahan guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Baik dalam bidang pendidikan berupa meningkatnya kesadaran bersekolah, bidang kesehatan berupa perilaku untuk hidup lebih sehat serta kesadaran dalam menjaga lingkungan supaya bersih dan hijau sehingga hal ini bisa membentuk manusia yang sehat dan kuat, baik fisik maupun mental, guna mengisi pembangunan di negara ini. Dalam rentang 61 tahun PT Astra berdiri, program CSR adalah sebuah investment yang harus diterapkan dalam sebuah perusahaan. Karena itu, sejak tahun 2013, Astra berkomitmen menjalankan program pengembangan kampung dengan lingkungan yang bersih dan hijau serta masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif. Bagi PT Astra, program CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada masyarakat tempatan yang berada di ring satu perusahaan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Namun dalam tataran yang lebih tinggi lagi, apa yang dilakukan PT Astra dengan program CSR-nya adalah sebuah bentuk pertanggung jawaban pada bangsa dan negara. "Hingga kini, tercatat sudah ada 72 KBA yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Di tahun 2018 ini, KBA tengah dalam pengembangan, baik dalam jumlah maupun konsep menuju Desa Sejahtera," ujar Taufik. Ke depannya, Astra berharap program KBA ini dapat tersebar di seluruh Indonesia, di mana pun instalansi Astra berada sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma yakni menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Semoga!***
|
|||||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |