Home / Pekanbaru | |||||||||
HIV dan Aids di Indonesia Jadi Masalah Kompleks Senin, 17/12/2018 | 17:38 | |||||||||
Seminar sehari dalam rangka hari Aids se-dunia tingkat Provinsi Riau Tahun 2018, di Hotel Pangeran, Senin (17/12/2018). PEKANBARU - HIV dan Aids merupakan masalah kompleks di Indonesia. Jika tidak ditangani akan menghambat laju pembangunan. Hal ini diungkapkan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Agus Putro Proklamasi saat seminar sehari dalam rangka hari Aids se-dunia tingkat Provinsi Riau Tahun 2018, di Hotel Pangeran, Senin (17/12/2018). Untuk itu, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Riau saat ini perlu dilakukan. Caranya, memberikan informasi secara terus-menerus kepada masyarakat, terutama kepada para remaja tentang HIV dan AIDS, yang selama ini terkesan sangat menakutkan. "Bagi sebagian orang bahkan tidak sedikit yang melakukan reaksi berlebihan dengan memusuhi para pengidap HIV dan AIDS. Kita berikan informasi jangan jauhi penderita," kata dia. Lanjutnya, HIV dan AIDS di Indonesia merupakan masalah yang kompleks. Hal ini bukan saja masalah di bidang kesehatan semata, akan tetapi merupakan salah satu tantangan terbesar bagi pembangunan bangsa. "Di berbagai negara, wabah ini keberhasilan laju menggerogoti pembangunan, melambatkan laju perekonomian, mengancam keamanan dan memicu ketidakstabilan sosial," jelasnya. Provinsi Riau, kasus HIV dan AIDS masih ditemukan, dimana sebaran kasus HIV dan AIDS tidak hanya di satu wilayah kabupaten kota saja, melainkan sudah ada di semua kabupaten/kota di Provinsi Riau. Berdasarkan angka kasus temuan HIV dan AIDS yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Riau, berdasarkan data temuan kasus kumulatif sampai dengan bulan Oktober 2018, ditemukan kasus HIV sebanyak 2.950 kasus dan kasus AIDS sebanyak 2.468 kasus, sehingga total kasus HIV dan AIDS di Provinsi Riau hingga saat ini berjumlah 5.418 orang terinfeksi. "Pengungkapan kasus HIV dan AIDS layaknya “fenomena gunung es” kasus yang terungkap baru dibagian permukaannya saja. Dilihat berdasarkan rasio penemuan kasus bahwasanya satu temuan kasus berbanding 100 (1:100)," paparnya. Artinya, kata dia, jika satu kasus ditemukan, maka kemungkinan masih ada 100 kasus AIDS lagi yang belum ditemukan. "Jika dilihat dari angka temuan kasus di Riau saat ini sebanyak 5.418, maka kemungkinan masih ada 541.800 kasus AIDS lagi yang belum ditemukan," jelasnya. Lanjutnya, dengan semakin banyaknya temuan kasus HIV dan AIDS di kabupaten/kota di Provinsi Riau, maka diperlukan upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih baik. Angka temuan kasus HIV setahun belakangan ini berdasarkan faktor risiko didominasi oleh heteroseksual, namun ada kecendrungan peningkatan kasus pada kasus homoseksual dan penularan HIV dari ibu ke bayinya. "Jika dilihat berdasarkan profesi/ pekerjaan, kasus komulatif HIV dan AIDS ditemukan pada kelompok karyawan, wiraswasta, serta Ibu Rumah Tangga. Ibu Rumah Tangga yang dahulunya dikelompokkan sebagai kelompok berisiko rendah, namun dalam kenyataannya, mereka saat ini sudah sangat rentan untuk terinfeksi HIV dan AIDS," paparnya. Sedangkan dilihat dari data kasus berdasarkan kelompok umur, maka infeksi HIV sudah terdapat pada semua ke|ompok umur (dari bayi hingga Ianjut usia), jumlah kasus terbesar terjadi pada kelompok usia 15-34 tahun sebanyak 3.370 orang atau 622 persen dari total temuan kasus. Dimana pada usia tersebut merupakan usia produktif dan usia remaja merupakan usia untuk melanjutkan pendidikan sebagai persiapan untuk menjadi penerus bangsa. "Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan kita, sehingga perlu adanya peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Riau yang Iebih baik lagi," sebutnya. Kata dia, cara terbaik mengendalikan epidemi HIV dan AIDS adalah dengan cara, pertama, meningkatkan cakupan program penanggulangan HIV dan AIDS. Kedua meningkatkan efektifltas program pencegahan, dan ketiga menjamin keberlanjutan program pencegahan dan penanggulangan. "Keempat, menghilangkan segala bentuk stigma dan diskriminasi kepada ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS). Oleh karena itu, untuk mencapai cakupan total, kita harus berbuat maksimal, melibatkan potensi yang ada. Pelebaran multi pihak, peningkatan kinerja multi program, dan lain sebagainya. Melalui penguatan 5 C; Communication, Coordination, Contribution, Colaboration, Compliance," paparnya. Peningkatan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Riau, diharapkan semua pihak mengambil peranan, melakukan upaya upaya pencegahan dan penanggulangan sesuai dengan kemampuannya masing masing. "Peran serta dan sinergi harmonis dari berbagai pihak, baik pemerintah, organisasi masyarakat sipil, perusahaan swasta maupun masyarakat umum, menjadi kunci keberhasilan upaya penanggulangan HIV dan AIDS, kami berharap kita dapat terus melakukan upaya penanggulangan AIDS di daerah," paparnya. Penulis : Delvi Adri Editor : Fauzia |
|||||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |