Home / Otonomi | ||||||
Pastikan Sarden Bercacing Ditarik, Disdagkopukm Riau Sidak di Meranti Rabu, 28/03/2018 | 10:30 | ||||||
Sidak Sarden mengandung cacing SELATPANJANG - Temuan produk Sarden yang dinyatakan mengandung cacing oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) ditindaklanjuti kembali oleh Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkopukm) Provinsi Riau, Selasa (27/3/2018). Bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkopukm) Kepulauan Meranti sebanyak 3 Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Disdagkopukm Riau mengecek peredaran produk Sarden yang harus ditarik tersebut di Kepulauan Meranti. Pengecekan dilakukan di sejumlah distributor dan mini market yang ada di Kota Sagu Selatpanjang. Dari pengecekan tersebut baru sekitar 76,3 persen yang ditarik dari peredaran. "Kita turun ke Selatpanjang dalam rangka menindaklanjuti temuan BBPOM. Kita hanya memastikan apakah barang yang seharusnya ditarik sudah dilakukan," kata Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) Perdagangan Disdagkopukm Riau, Candra didampangi Kasi Pengawasan barang beredar Astro dan Kasi Perlindungan Konsumen Riki. Disebutkannya sejumlah produk sarden yang harus ditarik dari peredaran yakni Farmer Jack, IO, Hoki. Namun produk yang beredar di Selatpanjang yakni Farmer Jack dan IO. Pengecekan pertama dilakukan di Distributor Surya Jaya sebagai pemasok Farmer Jack di Jalan Penggaram. Disana dilaporkan pemilik, Akun bahwa total yang diedarkannya sebanyak 700 karton. Dimana setiap karton berisi 24 kaleng. "Sudah 593 karton yang kita kembalikan ke agen di Batam. Sisanya apakah sudah konsumsi atau masih belum dikembalikan," kata Akun. Setelah itu pengecekan dilanjutkan ke Distributor Setia Jaya. Pemilik Ah Lae menyatakan dari 100 karton yang diedarkan, baru sebanyak 446 kaleng yang dikembalikan."Produk ini masuknya pada bulan Desember tahun 2017," ujarnya. Secara Matematis total produk sarden merek Farmer Jack dan IO yang beredar sebanyak 19.200 Kaleng dan baru ditarik 14.678 kaleng. Atau persentase sebesar 76,3 persen. Selain pengecekan di Distributor produk sarden, tim juga mengecek sejumlah swalayan untuk memastikan benar-benar tidak beredar lagi. Sejumlah swalayan yang di cek yakni Grand Royal, Swalayan 99 dan Rintis Mart. Sejumlah ASN dari Disperindagkopukm Kepulauan Meranti yang mendampingi yakni, Kabid Perdagangan, Armizar, Kasi Pengawasan Barang Beredar Dalam dan Luar Negeri, Hariyadi dan lainnya. Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan sangat geram atas temuan tiga produk ikan sarden di wilayahnya yang dipastikan didalamnya terdapat cacing. Menurutnya kejadian itu akibat kurangnya pengawasan BPOM dalam memantau peredaran makanan di Provinsi Riau khususnya Kepulauan Meranti. "Inikan aneh namanya, itu produk (sarden) sudah ada izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harusnya ini bisa menjamin mutu, tapi nyatanya bisa seperti ini," cetus Bupati saat berbincang bersama wartawan. Oleh karenanya, Bupati meminta masyarakat, terutama di Kepulauan Meranti untuk teliti dalam membeli suatu produk, baik itu makanan ataupun minuman. "Harus teliti, jika merasa aneh segera laporkan kepada pihak berwenang, meskipun itu sudah ada lebel izin dari BPOM," tegasnya. Bupati juga mengharapkan kepada BPOM beserta Dinas Perdagangan Provinsi Riau untuk bisa mengawasi setiap produk-produk impor yang akan diedarkan ditengah masyarakat. "Harus ada pengawasan dilapangan, apalagi ini produk impor," tuturnya. Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kepulauan Meranti dr Irwan Suwandi juga memastikan tiga produk sarden, yakni sarden merek Farmerjack, IO, dan Hoki, terindikasi cacing. Namun, produk ini terdaftar di BPOM. "Itu sarden asalnya dari Cina, merek Farmerjack dengan nomor izin edar (NIE) BPOM RI ML 543929007175, nomor bets 3502/01106 35 1 356. Merek IO, NIE BPOM RI ML 543929070004, nomor bets 370/12 Oktober 2020. Lalu, merek Hoki, NIE BPOM RI ML 543909501660, nomor Bets 3502/01103/-," ungkap Irwan Suwandi. Masih menurut Irwan, seharusnya, hal seperti ini tidak terjadi, mengingat produk makanan seperti sarden merupakan salah satu makanan yang cukup tinggi dikonsumsi masyarakat. "Kalau menyesalkan sudah pasti, dan pak Bupati juga sudah langsung memerintahkan seluruh dinas terkait untuk turun kelapangan guna memastikan produk-produk sarden tersebut tidak beredar lagi di tengah masyarakat," ungkapnya. Penulis: Ali Imroen Editor: Yusni Fatimah |
||||||
|
Komentar Anda:
HOME | OTONOMI | POLITIK | EKONOMI | BRKS | OTOMOTIF| HUKRIM | OLAHRAGA | HALLO INDONESIA | INTERNASIONAL | REDAKSI | FULL SITE |
Copyright © 2010-2024. All Rights Reserved |